43: Jujur Berujung Terjadi Babak Belur

65 13 4
                                    

"Ki!" Panggil Elana kala mereka berdua telah sampai di sekolah dan saat ini sedang berada di parkiran motor yang tersedia.

Sebenernya hanya murid yang sudah memiliki SIM yang hanya boleh parkir didalam kawasan sekolah, sementara Alsaki dan teman-teman nya yang belum memiliki SIM bisa masuk karena mereka semua sudah berkompromi dengan satpam sekolah. Rokok dan uang makan jawabannya.

"Helm nya lepas Na, lu mau belajar pake Helm? Kayak astronot."

Elana kemudian melepaskan pengaman kepalanya lalu diberikan pada cowok tersebut.

"Ki!"Elana kembali memanggil cowok itu.

"Jaket lepas, Na. Lu pake jaket di kelas mau dihukum?" Lagi-lagi Alsaki berucap hal yang membuat Elana tidak jadi mengatakan sesuatu yang ingin ia sampaikan.

Elana lalu melepaskan jaket yang membalut tubuhnya,
"Ish gua mau ngomong," ujar Elana dengan kesal. Sementara Alsaki hanya tertawa melihat itu. Ia sebetulnya sudah tau Elana akan berbicara sesuatu hal yang serius, tapi dari tadi ia sengaja menunda itu. Ia ingin melihat wajah kesal Elana yang menjadi hiburan bagi dia.

"Kok lu ketawa sih? Gua serius loh!" Jawabnya.

"Iya serius nih, mau ngomong apa?" Alsaki bertanya sambil melepaskan helm yang masih terpasang.

"Gua jadian sama Seanno semalem! Dia nembak gua pas kita makan malam! Gua seneng banget," ujar Elana dengan sangat bahagia serta antusias.

Alsaki menatap wajah sahabat nya dengan lekat, Elana benar-benar nampak sangat bahagia. Jika sudah seperti ini, ia akan semakin menyembunyikan perasaan dia terhadap gadis itu supaya Elana tidak merasa terbebani nantinya.

"Gua ikut seneng kalau lu seneng , Na." Alsaki berucap dengan senyum yang dipaksakan.

"Rambut lu tuh bagus, Ki. Coba deh di rapihin dikit," omel Elana sambil merapihkan rambut milik Alsaki yang nampak berantakan karena sebuah helm yang cowok itu kenakan.

Alsaki menatap Elana yang sedikit berjinjit sambil merapihkan rambut nya. Hal ini yang semakin membuat Alsaki marah pada dirinya sendiri. Ia semakin sulit menjauhi perasaan dia pada Elana, tapi dia juga tidak ingin membebankan gadis itu atas perasaan yang ia miliki.

"Nah kan bagus," ucap Elana ketika telah usai merapihkan rambut milik Alsaki.

"Jangan gini lagi Na." Alsaki tiba-tiba berucap.

"Gini gimana?" Tanya Elana bingung.

"Jangan rapihin rambut gua gitu, nanti cowok lu marah kalo liat."

Elana hanya tertawa menangapi,
"Gak lah! Seanno tau lo sahabat gua yang paling baik. Dia pasti ga marah," jawab Elana dengan yakin.

"Gak ada yang bisa tebak perasaan orang, Na. Dia diem bukan berarti dia oke. Dia bisa aja sembunyikan semuanya demi liat lo bahagia." Ucapan yang Alsaki katakan sebenarnya juga adalah curhatan hati Alsaki sendiri.

Elana menatap lekat Alsaki,
"Ki! Gua punya pacar, gak akan buat gua lupa kalau lu sahabat gua."

Alsaki tertawa, ia kemudian menyuruh Elana agar cepat masuk. Gadis itu pun tertawa dan pergi meninggalkan sahabatnya yang masih merenung sendirian.

Alsaki merasakan perasaan nya sangat sakit, tembok besar bernama 'sahabat' sangat menjulang tinggi diantara dia dan Elana. Rasanya seperti mustahil untuk menghancurkan dinding itu.

Rasa sakitnya tiba-tiba mengantarkan sisi iblis dalam dirinya. Ia merasa bahwa nafsu berkelahi nya meningkat.

Cowok itu mengirimkan pesan kepada seseorang yang ia panggil 'Abang' dan saat ini menduduki bangku teratas sekolah.

UNDECIDED [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang