24 : Sang Pelaku Utama

82 13 3
                                    

Elana, Raina dan Bunda mereka sudah duduk diruang makan setelah menyantap makan malam mereka. Kedua kakak beradik itu sudah menceritakan kejadian hari ini dimana kala sang Ayah datang untuk menjemput dan membawa mereka pergi.

"Bunda akan bicara sama Ayah kalian agar tidak lagi mengganggu kalian."

Raina dan Elana mengangguk mengerti. Veera menggenggam salah satu tangan dua putrinya, ia tersenyum penuh kehangatan. Senyum yang selalu ia usahakan berikan kepada dua anaknya walau dibalik senyum itu terdapat lelah, luka, kesedihan dan beberapa beban. Prinsipnya adalah dua anaknya harus berhasil dan selalu bahagia, biar saja jika mengusahakan hal itu membuat dia harus terluka. Ia rela terluka demi buah hatinya.

"Makasih kalian udah bertahan sama Bunda, sudah menjadi anak-anak yang kuat ,cerdas dan hebat. Bunda akan selalu terus mengusahakan agar kalian menjadi orang-orang berhasil dengan jalan kalian masing-masing. Bunda akan selalu berikan kebahagiaan untuk kalian. Maaf kalau selama ini Bunda terkadang sulit memberikan waktu Bunda kepada kalian." Veera menangis. Ia benar-benar merasa beruntung memiliki putri-putri yang hebat.

"Bunda jangan gitu, Bunda gak ada waktu karena sibuk kerja demi kita. Kita paham kok Bun. Toh, selama ini Bunda selalu buat kita bahagia dan cukup. Makasih Bunda," ujar Elana dan diangguki Raina. Keduanya lalu memeluk erat Veera.

Malam itu, didalam rumah sederhana dengan pelukan hangat mereka saling menyalurkan energi positif pada masing-masing, melupakan setiap kelelahan, masalah yang sedang terjadi. Rumah akhirnya akan selalu menjadi atap teduh yang tidak akan pernah lagi menyakiti mereka. Jika dahulu Elana benci rumah, tapi kali ini ia merasa bahwa rumahnya sudah berbeda. Tak lagi bagaikan tempat dengan jutaan paku yang bisa menyakiti diri dengan bergerak ke segala arah, tapi menjadi tempat yang selalu ia cari ketika apapun terjadi.

--
Elana siap mengistirahatkan tubuhnya, hari ini energi nya cukup banyak dikeluarkan. Baik dalam fisik atau batin, walau lebih banyak perihal batin. Esok pagi gadis itu sudah harus pergi ke sekolah, ia tidak ingin terlalu lama izin. Toh juga sakitnya sudah mendingan.

Baru lima menit memejamkan matanya, ponsel milik dia berdering menandakan ada pesan masuk. Yang membuatnya aneh adalah pesan tersebut dari nomor tidak dikenal dan isi pesan yang aneh.

Gadis itu segera melihat ke arah depan rumah melalui jendela kamarnya, dan benar saja terlihat sebuah mobil hitam yang asing beserta seseorang yang berdiri dengan pakaian serba hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu segera melihat ke arah depan rumah melalui jendela kamarnya, dan benar saja terlihat sebuah mobil hitam yang asing beserta seseorang yang berdiri dengan pakaian serba hitam.

"Siapa ya.." Elana berucap pada dirinya sendiri.

Gadis itu melihat jam di dinding kamar yang menunjukkan pukul dua belas malam lewat tujuh belas. Dengan perasaan gugup serta takut ia memberanikan diri untuk keluar guna melihat seseorang yang datang dan mengirimkan pesan padanya.

Katakanlah ia sok berani, tapi jika itu adalah temannya yang meminta bantuan ia merasa menjadi sangat jahat jika tidak membantu.

Walau agak aneh temannya berkunjung di jam tengah malam, tapi Elana tetap akan berpikir positif.

UNDECIDED [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang