42 : Cinta Nyata

57 10 3
                                    

"turun!" Perintah Alsaki pada seorang gadis yang ia paksa ikut.

Mereka telah sampai pada sebuah bangunan bercat putih dengan tulisan besar, 'Panti Asuhan Taman Ceria.'

"Kita ngapain disini?" Tanya gadis itu dengan polos.

"Konser! Ya lu mikir lah kesini ngapain," jawab Alsaki dengan ketus.

"Galak banget sih! Dari awal yang maksa ikut siapa?" Jawab gadis itu tak kalah kesal.

"Yaudah sana kalau mau pulang, sendirian sana!" Jawab Alsaki asal.

Alsaki lalu berjalan meninggalkan gadis tersebut. Cowok itu membawa kaki-kaki nya untuk masuk gedung yang selalu ia kunjungi ketika ia atau Elana berulang tahun.

"Kak Al!" Teriak seorang gadis berumur 4 tahun lalu jatuh ke dalam pelukan Alsaki.

"Hai Gana," ujar Alsaki dengan senyum di bibir dan sebuah usapan tepat pada punggung gadis kecil tersebut.

"Kak Al kok lama banget sih gak kesini-sini? Aku tungguin tau."

"Maaf ,ya.. kak Al nya sibuk nih." Alsaki menjawab sambil mengacak poni lucu gadis kecil tersebut.

"Loh itu siapa?" Tanyanya sambil menunjuk seseorang yang berada di belakang Alsaki.

Alsaki berdiri, ia lalu menarik lengan orang yang dibawanya kemudian memerintahkan dia supaya memperkenalkan diri.

"Eh? Hai! Aku Kiera, kamu siapa namanya?"

"Aku Gana. Kak Al, kok gak ada kak El?" Tanya Ganti dengan tatapan yang menelusuri arah luar.

"Hari ini kak El nya gak bisa dateng karena ada urusan, Gani main sama kak Al dan kak Kiera ya?" Bujuk Alsaki yang diangguki oleh Gani si bocah berusia 4 tahun itu.

Alsaki lalu menggendong tubuh Gani kemudian berjalan masuk untuk bertemu dengan beberapa anak yang lain.

Sementara Kiera yang tiba-tiba diajak kakak kelasnya itu pun hanya mampu mengikuti kemanapun Alsaki berjalan. Ia masih sangat kaget melihat perubahan sikap kakak kelasnya yang sangat dingin pada dia tapi terlihat begitu hangat ketika bersama anak kecil, membuat hatinya benar-benar ikut merasakan kehangatan juga.

Sisi Alsaki yang berbeda ini, sungguh buat hatinya seperti porak poranda.

--
Sementara itu, Elana menatap dirinya di cermin. Ia sudah mengenakan sebuah mini dress berwarna hitam. Wajahnya sudah berhasil diberi riasan oleh Ola serta Prisa.

Dua sahabatnya itu telah membantu dia untuk tampil berbeda saat makan malam dengan Seanno nanti.

Ini sudah 2 jam mereka bersiap, tinggal beberapa sentuhan terakhir Elana pun siap untuk pergi.

"Udah cantik," komentar Prisa ketika melihat Elana yang terus bercermin.

"Duh gue kok takut ,ya." Elana berucap dengan gugup. Tangannya sudah mengeluarkan keringat namun suhunya begitu rendah.

"Santai aja kali Na, Seanno pasti terpesona." Ola berucap untuk membuat sang sahabat menjadi tenang.

Namun, Elana tetap saja gugup. Hanya satu yang bisa membuat kegugupan itu sirna, hanya Alsaki saja. Tapi, ia tidak yakin cowok itu akan mengangkat telfonnya sekarang mengingat dia sedang bermain bersama anak-anak Panti Asuhan Taman Ceria.

"Gua cuma bisa tenang sama Alsaki, tapi gua tau dia gak akan angkat telfon gua sekarang kalau gua telfon."

"Kenapa gitu? Lu kan prioritas banget dalam hidup Alsaki," balas Prisa bingung.

"Dia kalau udah di Taman Ceria akan fokus sama anak-anak disana, boro-boro telfon dari gue. Telfon dari orang tua nya aja suka gak di gubris."

"Gua jadi penasaran, lu tuh udah menentukan kemana hati lu? Jangan mainin dua hati." Ola mengungkit pembicaraan mereka beberapa minggu lalu.

UNDECIDED [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang