Alsaki melepaskan helm yang melekat dikepala nya. Kakinya mulai berjalan memasuki rumah yang nampak sepi karena hanya berisi dia dan sang adik. Kedua orang tuanya sedang pergi.
"Alsyara!" Panggil Alsaki pada adiknya.
Alsyara yang merasa namanya dipanggil pun menyahut dari arah dapur. Gadis yang masih duduk dibangku SMP itu sedang berusaha menyalakan kompor untuk membuat mie instan karena perutnya yang terasa lapar.
"Kamu ngapain?" Tanya Alsaki dengan panik.
"Mau bikin mie, aku laper."
Alsaki tersenyum dan menghela nafasnya. Ucapan Elana benar ternyata. Adiknya kelaparan sendirian dirumah. Jika tadi dia benar-benar menunggu Elana disekolah, sudah dipastikan adiknya bisa membakar seisi rumah sebab tidak pernah menyalakan kompor.
"Kamu emang bisa nyalain kompor?" Pertanyaan Alsaki dibalas cengiran oleh Alsyara.
"Gak bisa. Tapi aku liat tutorial di YouTube." Jawaban Alsyara membuat Alsaki tertawa terbahak.
"Yaudah sini gak usah masak mie. Abang bawain mie tektek koh Ali."
"Serius? Aaa!! Makasih Abang! Ini gak pake sawi kan?"
"Iya gak pake."
"Aaa makasih," balas Alsyara.
"Sama-sama."
Kedua kakak beradik itu kemudian makan bersama diruang makan. Berbincang tentang kehidupan masing-masing atau rencana hari esok.
Suara petir terdengar di indera pendengaran, hujan mulai turun membasahi bumi.
"Tadi Abang anter kak Elana dulu?" Pertanyaan Alsyara dibalas gelengan oleh Alsaki.
"Kok tumben? Terus kak Elana pulang gimana?"
"Udah ada temen yang anter dia."
"Temen?" Ujar Alsyara sambil berfikir sejenak.
Suara petir terus bersahutan dan hujan yang terus turun dengan deras membuat Alsaki bergidik ngeri. Ia berharap Elana pulang dengan Seanno menggunakan mobil karena Elana adalah gadis yang mudah sekali sakit ketika terkena air hujan.
"Bener udah pasti pulang kan Bang?"
"Kok nanya nya gitu?" Balas Alsaki pada pertanyaan sang adik.
"Perasaan Alsyara gak enak."
"Iya pasti pulang." Alsaki menjawab dengan yakin guna menghilangkan rasa khawatir pada sang adik. Namun, entah mengapa hatinya juga merasa ada sesuatu yang tidak beres.
"Abang aku udah kelar, ini aku bawa ke dapur sekalian cuci abis itu aku ke kamar." Alsaki mengangguk dengan ucapan Alsyara.
Sepeninggal sang adik, cowok itu dengan segera membuka ponselnya dan mengetikan sebuah pesan pada seseorang.
Disisi lain, disebuah halte bus depan sekolah yang gelap, Elana duduk sambil memainkan ponselnya. Sudah lebih dari 30 menit Seanno tidak kunjung datang. Semua pesan yang ia kirimkan juga tidak satupun dibalas oleh cowok itu.
Suara petir dengan hujan yang turun begitu deras membuat udara berubah menjadi cukup dingin. Elana lupa membawa jaketnya, ia coba gosokan kedua tangannya pada lengan supaya suhu tubuhnya meninggi.
Sekali lagi, Elana membuka ponselnya dan mengecek pesan yang ia kirimkan pada Seanno dan tidak ada satupun yang dibaca atau dibalas.
"Lo kemana sih?" Ujar Elana sambil menoleh ke arah kanan dan kiri namun tidak juga melihat keberadaan Seanno.
(Pesan Elana pada Seanno)
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDECIDED [COMPLETE]
Teen FictionSeperi layaknya langit yang memiliki Matahari dan Bulan, namun ketiganya tak akan pernah bisa bersamaan. Ini kisah Elana yang dihadapkan oleh dua hati yang tulus mencintai nya. Dua-duanya memiliki ruang tersendiri, dan dua-duanya terdapat perbedaan...