44 : Tentang Emosi

56 12 3
                                    

Alsaki berjalan menyusuri koridor yang nampak sepi, beberapa orang yang sempat keluar karena merasa penasaran akan keributan pun melihat wajah Alsaki dengan takut. Semakin hari, cowok itu menunjukkan aura yang tidak seperti biasanya. Alsaki yang sekarang terlihat sangat dingin, penuh amarah dan siap berkelahi kapan saja. Cowok itu ingin menuju sebuah ruang kesehatan.

Tepat didepan ruang UKS, cowok itu melihat seorang gadis yang baru saja keluar dari toilet sambil merapihkan bajunya yang sedikit berantakan. Dengan seenaknya, Alsaki menarik pergelangan lengan gadis itu cukup kuat lalu membawanya masuk ke dalam ruang kesehatan.

"Aw! Shh! Lepasin Kak! Sakit!" Ujarnya sambil berusaha menghempaskan tangan Alsaki yang mencengkram pergelangan nya.

Alsaki dengan spontan melepaskan, tatapannya merasa bersalah ketika melihat pergelangan gadis dihadapannya memerah.

Gadis itu membelai lembut tangannya yang memerah akibat ulah sang kakak kelas.

"Maaf." Hanya itu yang Alsaki bisa ucapkan. Ia hanya diam membeku.

Cowok itu lalu berjalan menuju rak obat, mengambil kotak P3K disana kemudian duduk diatas ranjang UKS. Tangannya bergerak mengobati luka yang ada di wajah tampannya.

Tadi dia menarik gadis itu sengaja untuk membantu dirinya dalam mengobati banyak luka yang ada diwajah. Namun aksinya yang baru saja menyakiti gadis tersebut membuat dia tidak enak untuk meminta tolong.

Gadis yang ditarik itu melihat gerak gerik sang kakak kelas, ada perasaan aneh yang menjalar dihatinya. Ia tidak tega melihat Alsaki kesulitan mengobati lukanya.

Ia menghela nafas lalu berjalan mengambil alih kapas yang berada ditangan Alsaki lalu mulai mengobati cowok itu dengan perlahan.

Tidak banyak kata yang keluar, hanya beberapa ringis an yang keluar dari bibir Alsaki menahan sakit.

"Tawuran bisa, diobatin gini aja udah meringis. Payah!" Ujar gadis itu.

Alsaki hanya menatapnya tajam,
"Gak usah sok tau bocah!" Balasnya.

Gadis yang Alsaki tau bernama Kiera itu hanya mencebikan bibirnya kesal. Ia heran mengapa Alsaki akhir-akhir ini terkesan memaksa dia untuk menuruti permintaan cowok itu.

"Tawuran gak ada gunanya, rugiin diri doang."

"Gak ada yang menerima opini dan komentar lu," balas Alsaki cuek.

Kiera lalu menekan luka yang ada disudut bibirnya, alhasil gadis itu mendapat sentil an tepat di kepala oleh Alsaki.

"Gak usah gitu bocah!" Ujarnya kesal.

"Sakit tau!" Balas Kiera sambil mengelus kepalanya.

Alsaki hanya diam. Tak berapa lama, gadis itu usai mengobati luka pada wajahnya.

"Udah." Kiera berucap singkat.

Mata Alsaki tertuju pada pergelangan Kiera yang memerah. Diambilnya tangan gadis itu secara tiba-tiba, menghasilkan ringisan yang keluar dari bibir Kiera.

Alsaki mengoleskan sebuah salep pada kemerahan yang ada. Kiera hanya diam, tidak menyangka kakak kelas yang dulu menolaknya mentah-mentah bisa melakukan hal itu padanya. Apa Alsaki sebenernya sudah menyukai dia?

"Mikir apa lo?!" Ujar Alsaki sambil mendorong jauh kepala Kiera menggunakan jari nya.

"Kepo!" Balas Kiera cuek lalu berjalan pergi. Saat ingin keluar pintu UKS tiba-tiba terbuka dari luar, terlihat sosok Sakala yang berdiri dengan tatapan dingin serta tajamnya.

"Minggir Bang, biarin lewat." Alsaki melindungi Kiera dari rasa takutnya pada sosok Sakala.

Jangan heran banyak yang takut cowok berparas rupawan dan berhati bak es batu dengan nama Sakala Arkham Ranjandara atau yang dijuluki Parjal alias Panglima Jalanan.

UNDECIDED [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang