51 : Puncak Masalah

52 11 3
                                    

Ola dan Prisa menuntun Elana untuk segera berteduh kembali ke area sekolah. Prisa dengan segera mengeluarkan jaket dari dalam tas nya yang ia tinggal di koridor demi membawa Elana dari tengah hujan.

"Pakai , ya Na. Nanti lu sakit." Prisa memakaikan jaket miliknya kepada tubuh Elana.

Elana hanya diam. Air mata nya terus saja turun tak mau berhenti.

"Kita pulang ,ya. Kita anter lu balik," ucap Ola sambil mengotak-atik ponsel untuk memesan sebuah ojek mobil online.

Saat sedang sibuk dengan urusan masing-masing, tiba-tiba ada seseorang yang turun dari mobil tepat dihadapan mereka dengan menggunakan payung ditangannya.

Elana menatap orang itu dengan tatapan yang kosong.

"Elana Isvara Mesha," ujarnya dengan senyum meremehkan.

Ola dan Prisa yang melihat tanda-tanda tidak baik segera melindungi Elana dengan cepat. Orang yang tiba-tiba menghampiri mereka hanya tertawa remeh.

"Kamu itu bukan hanya gak sebanding sama saya. Tapi, lemah juga. Pantas Seanno ninggalin kamu tadi. Karena dia berhak dapat yang lebih, contohnya saya." Orang itu tersenyum bangga.

Dia adalah Ave. Tadi, gadis itu ikut menyaksikan bagaimana pertengkaran Elana dan Seanno lalu berakhir dengan Seanno yang meninggalkan Elana dibawah hujan. Kejadian itu cukup membuat Ave merasa senang dan menang. Posisinya semakin unggul untuk memiliki Seanno.

"Jaga mulut lo!" Ujar Prisa dengan emosi. Ia tidak tau siapa gadis itu dan kedatangannya sungguh benar-benar memancing emosi.

"Sabar Pris," bisik Ola.

Ola menatap sengit Ave yang tengah berdiri dengan payung dan tatapan penuh remehnya pada sosok Elana.

"Mau lo apa? Kalau mau ngajak berantem, gak sekarang. Besok lo balik aja kesini lagi, gua jabanin." Ola menjawab dengan kondisi yang lebih tenang dari Prisa.

"Saya gak mau ngajak bertengkar. Tangan saya terlalu indah dan halus untuk menghadapi berandal seperti kalian. Kita bukan level," ujarnya meninggikan diri.

Prisa tertawa remeh, dia berdiri. Kakinya melangkah maju menghadapi Ave.

"Gak level? Belagu juga lu. Anak presiden juga bukan. Pengusaha terkaya? Nomor berapa di negara? Satu? Oh maaf itu sih posisi keluarga gue," Ujar Prisa dengan tatapan remeh yang mampu mengintimidasi siapapun.

Fakta baru soal Prisa. Dia memang berasal dari keluarga yang sangat kaya. Kekayaan nya benar-benar berlimpah. Bahkan posisi kekayaan keluarga nya berada pada nomor satu di negara. Namun, hal itu yang tidak buat dia menjadi seseorang yang tinggi hati.

Ave menggeram kesal. Untuk kekayaan keluarga dia memang tidak berada di posisi 10 besar.

"Saya kesini cuma mau ngomong satu hal sama temen kalian."

"Apa? Gak usah banyak omong, ngabisin oksigen disini lo," jawab Prisa sambil bersidekap dada.

"Kaki lu terlalu kotor buat injakan kaki disekolah ini." Prisa kembali berucap. Membuat emosi Ave semakin terpancing.

"Saya cuma mau bilang bahwa Seanno dan saya akan segera bertunangan. Dan saya harap Elana sadar akan diri bahwa saya jauh lebih segalanya diatas dia. Dan saya yang pantas mendapatkan Seanno." Ave berucap dengan angkuh lalu pergi meninggalkan sekolah mereka menggunakan mobilnya.

Elana yang mendengar ucapan Ave hanya diam. Kepalanya sangat pusing mencerna berbagai informasi yang dikeluarkan oleh Ave. Belum lagi ia telah ditinggalkan Seanno tadi.

"Siapa sih tuh orang?" Ujar Ola dengan kesal.

"Ave. Dia namanya Ave." Elana membalas.

"Udah ,Na jangan didengerin. Siapa tau itu cuma omong kosong aja biar lo jauhin Seanno. Akal-akalan dia doang pasti." Prisa berucap. Elana hanya diam. Ia tidak tau harus percaya Ave atau Prisa. Karena jika difikir semuanya yang dibicarakan oleh Ave ada benarnya juga.

UNDECIDED [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang