Elana berlari dengan sekuat tenaga melihat Seanno yang malah berbelok menuju parkiran mobil. Ia bingung dengan cowok itu, tadi dia yang bilang akan meluruskan semua saat pulang sekolah namun sekarang malah meninggalkan dia.
"Sean!" Panggil Elana membuat Seanno memberhentikan langkahnya dan berbalik menatap Elana yang wajahnya menahan amarah.
"Ada apa?"
"Kamu bilang ada apa? Ini kamu bener gak sih mau lurusin semuanya? Kenapa tiba-tiba pergi ninggalin aku?" Tanya Elana dengan kesal.
"Siapa yang tinggalin kamu?"
"Ini kalau bukan ninggalin apa? Gak usah deh pura-pura bodoh, aku gak bisa seenaknya kamu mainin gitu ya Sean."
"Kamu ngomong apa sih? Saya bingung."
"Aneh kamu! Kemarin minta waktu untuk berdua, tapi aku gak bisa dan tiba-tiba sikap kamu berubah. Padahal aku juga ke rumah sakit untuk sahabat aku, Alsaki yang koma. Tadi jam istirahat aku coba turunin ego aku terus ajak kamu bicara tentang semua dan berfikir kalo emang sikap aku salah kemarin yang gak ada waktu untuk kamu. Tapi kamu bilang pulang sekolah, dan sekarang kamu mau pergi? Mau kamu apa sih Sean?" Ujar Elana dengan emosi yang memuncak.
Seanno menatap lekat Elana. Gadis itu benar-benar sudah diluar yang Seanno pikirkan.
"Saya gak ninggalin kamu. Saya tau hari ini kamu ada piket, jadi saya mikir akan nunggu kamu didepan sekolah. Saya mau kita bicara gak di sekolah karena masih ada orang-orang yang akan denger pembicaraan kita Elana. Saya sangat menghargai privasi kita , saya mau menyelesaikan semuanya berdua saja ditempat yang semua orang gak bisa dengar pembicaraan kita. Kalau kamu mau bahas saat ini, disini juga oke akan saya turuti." Seanno menjelaskan, membuat Elana terdiam. Ia salah paham.
"Kamu bilang, kamu ke rumah sakit karena sahabat kamu sakit? Apa saya ada sikap egois dan nahan kamu walau saya minta waktu berdua sama kamu saat itu? Ada Elana saya tanya?!" Ujar Seanno sedikit meninggi. Persetan dengan semua orang yang akan mendengar, ia lelah.
"Diem kan kamu? Gak ada Elana. Saya gak ada sama sekali nahan dan egois. Padahal kalau kamu mau tau, saya sangat butuh kamu saat itu. Tapi saya coba posisikan diri saya menjadi kekasih yang baik dan tidak membatasi ruang gerak kamu."
Elana diam. Ia menatap lekat mata Seanno yang berkaca-kaca. Ia baru pertama kali melihat Seanno seperti itu.
"Saya tau Alsaki sahabat kamu, tapi saya pacar kamu Elana. Kamu sadar gak? Sikap kamu ke saya dan Alsaki berbeda jelas. Seakan-akan Alsaki yang pacar kamu disini. Kamu selama ini anggap saya pacar gak sih? Selama kita menjalin hubungan? Kok saya merasa, disini cuma saya yang berjuang dan menganggap status itu ya?" Ujar Seanno dengan tatapan yang tidak bisa dimengerti.
"Kamu ngomong apa sih Sean? Aku jelas anggap kamu pacar aku, aku sayang sama kamu." Elana menjawab dengan mata yang juga berkaca-kaca.
"Tapi saya gak bisa rasain itu. Kemarin saya lagi berada di titik terendah saya hingga saat ini, bahkan kamu gak sadar tangan saya berdarah kemarin. Karena kamu cuma mikirin Alsaki, Alsaki dan Alsaki. Mungkin saya memang terlalu tinggi aja berharap bisa menjadi satu-satu nya orang yang kamu sayangi dan cintai. Tapi kenyataannya, hati kamu seperti nya terbagi."
Seanno menitikkan air matanya. Ia menangis untuk yang pertama kalinya setelah sekian kama menahan semua perasaan nya yang sungguh menyesak an. Elana ikut menangis melihat itu, ia semakin bersalah dengan Seanno. Selama ini, dia tidak pernah tau bahwa Seanno membutuhkan dia melebihi Alsaki butuh dia. Selama ini, kekasihnya sakit secara batin dan dia malah acuh.
Jika ada orang yang pantas mendapatkan hukuman, Elana mengaku dialah yang pantas.
"Sean.. " ujar Elana dengan nada yang lembut dan berusaha menggapai tubuh Seanno. Namun cowok itu lebih dulu memberikan gestur agar Elana berhenti dan tidak mendekati.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDECIDED [COMPLETE]
Novela JuvenilSeperi layaknya langit yang memiliki Matahari dan Bulan, namun ketiganya tak akan pernah bisa bersamaan. Ini kisah Elana yang dihadapkan oleh dua hati yang tulus mencintai nya. Dua-duanya memiliki ruang tersendiri, dan dua-duanya terdapat perbedaan...