Elana membuka matanya dengan perlahan, kepalanya sangat pusing akibat terpapar hujan semalam saat pulang bersama Alsaki.
Suara pintu kamar dibuka membuat atensi Elana sepenuhnya beralih pada pintu tersebut. Seseorang wanita yang sudah memasuki umur tua nya masuk dengan pakaian rapih siap untuk berangkat bekerja.
"Pagi anak Bunda," sapanya lalu duduk di kasur yang Elana tiduri.
"Pagi Bunda." Elana menjawab dengan nada lemas.
"Badan kamu masih demam. Gak usah sekolah dulu, ya. Nanti tambah sakit." Veera menyetuh dahi putri sulungnya yang ternyata masih cukup tinggi suhu nya.
Elana hanya menjawab dengan anggukan saja.
"Makanannya ada dimeja makan ya. Bunda berangkat."
"Raina udah berangkat?" Tanya Elana yang diangguki sang Bunda.
Veera kemudian mengecup kening sang anak lalu berjalan untuk meninggalkan nya karena dia harus menjalankan tugasnya yaitu bekerja. Menjadi ibu tunggal dengan dua orang putri memang tidak mudah, tapi Veera akan melakukan apapun untuk mengusahakan kebahagiaan kedua anaknya.
Sepeninggal sang Bunda, Elana kembali memejamkan matanya. Ia tidak tau mengapa sangat mengantuk rasanya.
--
Suara ketukan bahkan terkesan seperti seseorang memaksa masuk terdengar di indera pendengaran Elana.Gadis itu membuka matanya. Ia menatap jam yang terpasang di dinding. Susah menunjukkan pukul 11 pagi yang berarti ia tadi tertidur selama kurang lebih empat jam lamanya.
"Siapa sih," keluh Elana dengan malas.
Gadis itu lalu memaksakan dirinya untuk bangun dari tidur dan segera turun kebawah guna melihat siapa gerangan seseorang yang berhasil mengganggu tidur nyenyaknya.
Elana berhasil membuka pintu rumahnya namun seseorang yang sedari tadi mengetok pintu langsung saja masuk tanpa dipersilahkan.
"Lo kenapa gak sekolah?" Tanya Elana pada laki-laki yang saat ini malah asik merebahkan tubuhnya diatas sofa ruang tengah rumah dia.
Elana lalu menutup pintu kemudian menghampiri cowok itu.
"Bosen ah disekolah gak ada lo." Jawaban yang udah sangat Elana hafal, itu pasti alibi saja. Padahal emang Alsaki malah.
Ya, cowok itu adalah Alsaki. Dengan cueknya dia malah menonton televisi.
"Udah makan?" Tanya Elana basa-basi sambil berdiri dan menuju dapur untuk melihat makanan yang sudah Bunda nya siapkan.
"Udah. Lo?"
"Belum."
"Makan gih dah, gua nonton."
Elana lalu memutuskan untuk mengambil makan lalu memakannya diruang tengah bersama Alsaki.
"Lu sering banget bolos, tambah bego tau rasa nanti nurun ke anak lu," ucap Elana.
"Lo tau gak sih? Kepintaran anak itu nurun dari ibunya 70%, jadi gua bego juga gak masalah karena anak gua kelak nurun dari ibunya yaitu istri gua." Jawaban aneh Alsaki hanya dibalas gelengan oleh Elana.
"Nih sinetron gak jelas banget dah, masa kepleset aja mati. Gak masuk akal!" Komentar Alsaki pada sebuah serial pendek tentang azab.
"Ya bisa lah kalau jatohnya pala duluan."
"Tapi dia tadi pantat duluan anjing," jawab Alsaki.
"Ya emang kenapa sih? Suka-suka sutradara nya lah mau gimana, komen aja lu. Biayain produksi nya juga kagak," balas Elana.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDECIDED [COMPLETE]
Teen FictionSeperi layaknya langit yang memiliki Matahari dan Bulan, namun ketiganya tak akan pernah bisa bersamaan. Ini kisah Elana yang dihadapkan oleh dua hati yang tulus mencintai nya. Dua-duanya memiliki ruang tersendiri, dan dua-duanya terdapat perbedaan...