Dua hari setelah perkelahian yang Alsaki buat dengan Jeffran, semua berjalan dengan semestinya. Namun, cowok itu tetap memasang pengawasan pada Elana dan memastikan gadis itu tidak berada dalam bahaya apapun terlebih akibat ucapan Jeffran yang menurut nya benar-benar bagai ancaman keselamatan nya.
Alsaki berjalan melewati jendela kelas nya dengan menunduk dan berhati-hati agar tidak menimbulkan suara.
Dibelakangnya ada tiga teman dia yang lain yaitu Kamal, Dipta dan Awan. Mereka semua sudah datang ke sekolah sebelum bel masuk, namun memutuskan untuk menuju Kedai Pojok dan baru masuk kala bel sudah berbunyi 15 menit yang lalu, dimana pelajaran sudah dimulai.
"Jangan dorong-dorongan anjing! Nanti ketahuan," bisik Alsaki kala mendapatkan dorongan dari arah belakang tepat teman-teman nya berada.
"Itu Awan sumpah," Dipta menjawab.
"Apaan anjir? Noh Kamal noh heboh banget kayak lele dikasih garem." Awan yang merasa disalahkan mulai memberikan alasan.
Sementara itu Kamal yang menjadi dalang dibalik semuanya pun membela diri.
"Ya lagian lu berhenti mendadak," ujarnya.
Alsaki hanya diam. Ia lalu mengintip ke arah jendela. Melihat apakah guru mata pelajaran pertama di kelas nya sudah hadir atau belum. Namun yang ia dapatkan meja guru kosong tidak ada siapapun.
Namun anehnya keadaan kelas mereka cukup hening, benar-benar mengejutkan. Biasanya kelas mereka sudah seperti penangkaran satwa liar kala tidak ada guru pengajar.
"Ada Ki?" Tanya Kamal.
"Kagak ada cui, aman." Ucapan Alsaki mendapatkan helaan lega dari teman-teman nya.
Saat ingin memposisikan tubuhnya dengan normal dan masuk ke dalam kelas, dihadapan mereka sudah ada guru pengajar dengan wajah garang yang siap mengeluarkan omelan nya.
"Eh hai bapak, widih ganteng banget pak pake baju batik," ujar Alsaki dengan cengiran khas di wajahnya.
"Yah pantes pada diem aja kelas, maung nya disini." Dipta berucap dengan nada suara yang pelan.
"Apa kata kamu?" Ujar guru tersebut pada Dipta.
"Eh enggak pak, itu maksud saya hari ini cerah banget."
"Jam berapa sekarang?" Tanyanya dengan tegas. Pak Bambang biasa murid memanggil. Guru mata pelajaran Agama yang memang terkenal tegas.
Kalau kata Alsaki, Pak Bambang itu punya dendam sama dia. Sering banget dia disuruh jawab soal-soal padahal juga Pak Bambang tau Alsaki tidak bisa.
"Jam tujuh pak," balas Kamal.
"Tau peraturan kita masuk jam berapa?"
Pertanyaan Pak Bambang diangguki mereka ber-empat.
"Kenapa masih telat?"
"Kita sebenarnya udah dateng sebelum bel masuk. Tapi," jelas Awan.
"Tapi apa?" Pak Bambang benar-benar tidak habis pikir dengan empat muridnya itu.
"Tapi kita ngopi dulu. Bapak mau? Kapan-kapan kita ajak kesana. Ini kita apa gak sebaiknya masuk Pak? Mengingat waktu belajar kita cuma singkat, sayang-sayang loh pak kalau gak dipergunakan." Alsaki menyahut.
"Hari ini saya maafkan, silahkan masuk."
Mereka semua pun segera masuk dan duduk pada tempat masing-masing dengan tatapan dan respon beberapa teman selelas mereka yang nampak biasa saja. Karena memang ke-empat nya sering kali datang terlambat.
Namun ada seseorang yang menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia adalah Seanno. Cowok itu dan Alsaki memang sekelas. Namun keduanya jaran berinteraksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDECIDED [COMPLETE]
Teen FictionSeperi layaknya langit yang memiliki Matahari dan Bulan, namun ketiganya tak akan pernah bisa bersamaan. Ini kisah Elana yang dihadapkan oleh dua hati yang tulus mencintai nya. Dua-duanya memiliki ruang tersendiri, dan dua-duanya terdapat perbedaan...