Suara dentingan alat makan yang beradu dengan piring terdengar mendominasi suara diruang makan keluarga Sebumi tersebut.
"Pertunangan kamu sama Ave akan dilaksanakan sebentar lagi," ujar Diajeng pada putra satu-satunya.
Seanno hanya diam. Ia sejujurnya tidak ingin pertunangan nya dengan Ave terjadi. Hatinya sudah dipenuhi oleh Elana, namun perasaan takut akan mengecewakan kedua orang tuanya menggeluti Seanno, membuat dia menjadi seorang pecundang yang tidak berani berontak dan mengatakan bahwa ia sudah memiliki rumah dan hati lain, yaitu Elana bukan Ave perempuan pilihan mereka.
"Kamu dengar ucapan Mamah kamu Sean? Jangan berusaha mengacaukan atau kamu tau akibatnya," ujar Sam mengancam.
Seanno berdehem sebentar menetralkan diri,
"Saya dengar."Seanno izin lebih dulu kembali ke kamarnya. Ia merasa semakin hari, perasaan nya semakin kacau.
Dari sikap Elana yang hanya memperhatikan Alsaki bahkan hari ini ia minta waktu berdua pun gadis itu tidak bisa. Hal kedua yang membuat dia semakin kacau adalah sikap orang tua nya yang terlalu mengatur hingga urusan hati saja sampai dipilih kepada siapa Seanno seharusnya jatuh hati.
Seanno ingin berontak, tapi bagaimana cara berontak yang benar. Terlalu pusing memikirkan cara bagaimana menyelesaikan semua hal yang memenuhi pikiran, membuat cowok itu tak sadar memasuki alam bawah sadarnya. Membiarkan dunia mimpi membuatnya bahagia sesaat dengan beberapa hal yang tidak mungkin jika dipikir akan dilakukan di dunia nyata tapi semua dapat terjadi dalam dunia mimpi.
--
Elana sedang bercengkrama dengan Ola dan Prisa ketika jam istirahat. Ketiga gadis itu asik saling melempar lelucon dan memutuskan untuk bertahan di kelas. Sebetulnya, Prisa dan Ola sudah menyelesaikan makan siangnya di kantin tanpa Elana. Gadis itu tadi mengatakan tidak ingin makan siang karena sedang tak berselera."Kalau ada Alsaki pasti udah ngomel liat lu gak makan gini," ujar Prisa tiba-tiba.
"Iya, dia kan yang paling ribet banget ngurusin lu. Kalau kata gua, dia tuh melebihi Bunda." Ola ikut menambahkan.
Sementara Elana hanya tertawa, ia setuju dengan hal itu. Alsaki itu yang paling khawatir tentang dia, membicarakan cowok itu membuat Elana merindukan sosok Alsaki yang belum juga sadarkan diri.
Sedang asik berbincang, tiba-tiba seseorang datang kemudian meletakan sebuah paper bag berisi beberapa makanan diatas meja Elana.
"Kamu perlu makan, walau sedikit. Saya tidak tau kamu sedang ingin makan apa, saya beli semua. Jika tidak habis, bisa kamu bawa pulang untuk makan di rumah. Saya kembali ke kelas."
Orang yang tiba-tiba masuk adalah Seanno. Cowok itu hanya datang untuk memberikan makanan kepada Elana. Setelah mengucapkan kalimatnya, Seanno membelai rambut Elana sebentar baru kemudian pergi meninggalkan ketiga gadis tersebut yang masih diam mematung.
"Tapi gua lebih salut sama Seanno sih. Dia gak banyak ngomel tapi langsung ngasih tindakan." Prisa berucap kekagumannya pada sosok Seanno.
"Gua juga mikir gitu sih, dia gak yang marahin suruh makan segala macem, tapi langsung action nya gitu. Kasih makanan. Percuma juga kadang ngomel doang," ujar Ola menambahkan.
Elana tersenyum. Sebetulnya, ini juga hal yang ia suka dari Seanno. Cowok itu lebih banyak menunjukkan semuanya. Tidak banyak omong sayang atau cinta. Tapi, cowok itu membuktikan bahwa sayang dan cinta itu apa. Ini yang seharusnya dilakukan memang.
"Itu yang buat gua jatuh hati." Elana berucap sambil membuka paper bag yang dibawa kekasihnya. Berisi beberapa makanan berat dan camilan.
"Tapi, orang kayak Seanno itu lebih suka memendam semuanya sendirian. Lu sadar gak Na? Dia kayak belum terbuka sama lu?" Tanya Ola kepada Elana.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDECIDED [COMPLETE]
Teen FictionSeperi layaknya langit yang memiliki Matahari dan Bulan, namun ketiganya tak akan pernah bisa bersamaan. Ini kisah Elana yang dihadapkan oleh dua hati yang tulus mencintai nya. Dua-duanya memiliki ruang tersendiri, dan dua-duanya terdapat perbedaan...