16 : Sendu-nya Seisi Kota

72 12 3
                                    

Hari ini matahari menyinari bumi dengan begitu indah dan ceria, namun rasanya bagi Elana hari ini begitu gelap.

Kejadian kemarin masih benar-benar melekat pada ingatan. Bahkan tindakan Jeffran yang mencium nya juga seperti mimpi buruk yang terus bermunculan. Elana sudah menceritakan semuanya kepada sang Bunda, dan pada hari ini ia akan melaporkan kejadian itu ke pihak sekolah.

Saat ini Elana dan sang Bunda tengah berada didalam ruang konseling. Bundanya membuka suara terlebih dahulu.

Kemudian guru konseling nya memberikan Elana waktu untuk menjelaskan semua kejadian yang terjadi. Ia tau tak akan mudah gurunya itu untuk mempercayai nya. Namun diakhir kalimat penjelasan dari Elana, ia harap bisa membuat sang guru mempertimbangkan untuk percaya.

"Ibu bisa tanya Seanno. Dia ada disana buat tolong saya." Itu kalimat terakhir yang Elana harapkan dapat membuat Jeffran mendapatkan hukuman yang setara.

Veera kemudian pamit kepada sang guru konseling sambil membawa putrinya keluar.

Dibelai nya kepala sang sulung dan diberikan senyum termanis guna memenangkan.

"Jangan terlalu lama berantem sama Alsaki." Itu pesan darinya.

Elana hanya diam. Ia memang kesal dengan Alsaki akibat kejadian semalam dimana dia memukul Seanno tanpa alasan yang jelas. Bahkan menuduh Seanno yang tidak-tidak.

Tadi pagi, ia memutuskan untuk pergi ke sekolah bersama sang Bunda, ditambah juga dia tak menggubris segala pesan masuk dari Alsaki yang isinya permintaan maaf.

"Belum tiga hari Bun masih bisa."

Veera hanya tertawa mendengar ucapan sang anak.

"Yasudah kembali ke kelas sana, Bunda pulang ya Kak. Nanti Bunda jemput." Itu pesan dari sang Bunda yang diangguki paham Elana.

Sepeninggal sang Bunda, Elana kembali ke kelasnya. Seluruh kelas tengah melangsungkan kegiatan belajar mengajar. Tadi, Elana izin di jam awal untuk menuju guru konseling bersama sang Bunda.

Sebelum sampai di kelas, ia sempat melewati kelas Seanno. Dilihatnya melalui jendela, tak ada Seanno hadir dikelas. Ia juga tak menemukan Alsaki bersama teman-temannya.

Entah mengapa, Elana lebih merasa ingin tahu tentang keberadaan Seanno dibandingkan yang lain. Seperti ada sesuatu perasaan khawatir yang menyelimuti dia.

Semoga baik disana, Batin Elana.

--
Alsaki meneguk abis minuman kemasan seharga seribu dengan rasa jeruk.

Saat ini ia bersama teman-teman nya yang lain sepakat tidak mengikuti jam pelajaran dan berakhir di sebuah warung kecil yang sering dijadikan tempat singgah serta berkumpul beberapa anak barisan siswa disekolah nya.

Mereka biasa menyebut itu Warung Ibu. Yang berjualan ibu-ibu berusia 44 tahun. Mereka semua sangat sopan dengannya, bahkan tak jarang juga memperlakukan beliau seperti orang tua sendiri.

Saat sedang melamun dengan pikirannya, ada segerombolan orang yang datang lalu salah satu dari mereka duduk disebelah Alsaki.

"Lo Alsaki Garuda kan?" Tanyanya tanpa menatap lawan bicara.

Alsaki yang merasa namanya disebut pun menoleh ke arah samping dan mendapati seorang kakak kelasnya yang terkenal sebagai panglima tawuran itu ada disana.

"Bu pesen kopi satu," ujarnya untuk memesan sebuah minuman.

"Iya gua Alsaki Garuda."

Alsaki menjawab dengan berani dan tak gentar. Yang ia dengar dari cerita teman-teman nya, kakak kelasnya itu bernama Sakala. Atau yang memiliki julukan Parjal. Itu singkatan dari Panglima Jalanan. Julukan itu dibuat oleh beberapa orang yang melihat dia sebagai sosok yang memang tak pernah kenal takut.

UNDECIDED [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang