Jam pulang sekolah sudah terjadi sejak beberapa jam yang lalu, namun Seanno masih tetap setia berada dikelas nya untuk mengerjakan beberapa soal.
Itu semua adalah kebiasaan yang sering kali Seanno lakukan, ya Seanno suka belajar. Lebih tepatnya, dia hanya ingin menghabiskan banyak waktu diluar rumah karena merasa sesak. Rumah yang jika semua orang anggap menjadi tempat paling nyaman, tidak berlaku untuk Seanno. Semua tuntutan dan ambisi besar dari dua orang tuanya seakan beban yang selalu membuat Seanno merasa sesak bila ada disana dan bertemu dua orang tua nya.
Menjadi seorang anak tunggal tentu akan secara otomatis menjadi harapan satu-satunya. Dan semua itu bukan berarti berkah bagi Seanno, semua adalah masalah dan sesuatu yang tidak ingin ia terima.
Ponselnya bergetar bersamaan dengan layar yang menyala dan munculnya sebuah notifikasi masuk yang menandakan ada sebuah pesan dari seseorang padanya.
Seanno terkejut membaca pesan yang diberikan padanya. Ia dengan cepat merapihkan beberapa barangnya kemudian pergi menuju parkiran sesuai dengan posisi sang pengirim pesan padanya.
Seanno tidak menyangka orang itu akan menghampirinya.
"Ngapain kamu disini?" Tanya Seanno ketika telah sampai dan berhadapan dengan seorang gadis yang mengirimkan nya pesan.
Gadis itu datang sendirian dengan mini dress dan beberapa barang ber-merk terkenal dan mahal.
"Aku tungguin kamu dirumah tapi kamu lama. Kita kan udah janji mau jalan." Ucapan itu hanya dibalas decak an malas oleh Seanno.
Dia tak pernah setuju soal jalan bersama orang itu. Bahkan semua keputusan diambil sepihak.
"Saya tidak pernah mengatakan mau jalan dengan kamu."
"Kok gitu? Kemarin kita kan udah bicarakan."
"Kamu mengambil semua keputusan sepihak, saya tidak pernah menyuarakan apa yang saya inginkan," balas Seanno.
Gadis dihadapannya itu kemudian menekuk wajahnya dan menahan kesal.
"Tapi, Mamah kamu bilang kalau kamu mau Sean."
"Saya tidak mau."
"Kamu kok gini? Aku bakal laporin ke Papah kamu!"
"Jangan! Baik, kita jalan." Seanno dengan cepat menjawab.
Dia tidak pernah suka jika permasalahan apapun yang berhubungan dengan dia dibawa dan dilaporkan kepada Papahnya.
Gadis itu dengan cepat tersenyum dan merangkul lengan Seanno. Cowok itu hanya diam tak protes karena enggan dilaporkan hal yang macam-macam kepada sang Ayah.
Saat ingin berjalan menuju mobilnya, mata Seanno menangkap Elana yang berjalan dari arah koridor sekolah untuk menuju parkiran.
Gadis itu menatapnya dengan cukup intens dan serius, bahkan menatap gadis yang saat ini juga merangkul lengan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDECIDED [COMPLETE]
Roman pour AdolescentsSeperi layaknya langit yang memiliki Matahari dan Bulan, namun ketiganya tak akan pernah bisa bersamaan. Ini kisah Elana yang dihadapkan oleh dua hati yang tulus mencintai nya. Dua-duanya memiliki ruang tersendiri, dan dua-duanya terdapat perbedaan...