39 : Amarah, Cinta dan Gengsi

52 10 4
                                    

"baik gua cukupkan sampai disini, terima kasih semuanya dan hati-hati pulang nya." Itu suara Harsya mengakhiri rapat perdana perihal acara perpisahan khusu kelas 12 dan prom night yang rutin diadakan sekolah mereka.

Setiap tahunnya acara tersebut memang selalu memerlukan beberapa sponsor untuk memeriahkan acara yang ada.

"Gua duluan ,ya." Harsya berucap pada Elana yang masih mengerjakan proposal terkait sponsor yang belum selesai ia garap.

"Udah sore, pulang." Seanno berucap menginterupsi kegiatan Elana.

Di ruang osis yang cukup luas itu hanya tersisa keduanya. Seanno sebetulnya hanya ingin meluruskan beberapa hal dan meminta maaf perihal kejadian kemarin, tentang Ave.

Elana tidak menggubris perkataan Seanno. Gadis itu memilih fokus pada pekerjaan nya.

"Adab ketika ada seseorang yang mengajak bicara itu, tatap lawan bicaranya dan ditanggapi," ucap Seanno.

"Lu ngomong sama gue?" Pertanyaan Elana membuat Seanno menghela nafas panjang.

"Kamu fikir? Di ruangan ini hanya ada kita berdua, Elana."

"Oh."

Elana tidak juga perduli dengan segala ucapan Seanno. Gadis itu tetap sibuk dengan aktivitasnya.

"Saya ada salah sama kamu? Jika begitu, saya minta maaf."

"Kamu tidak mau memaafkan saya?" Tanya Seanno lagi kala tak mendapatkan maaf dari Elana.

Seanno yang sudah muak dengan segala kebisuan yang Elana lakukan pun berjalan menghampiri gadis itu. Ia lalu mendekatkan dirinya tepat pada tubuh Elana.

Tangannya yang satu bertumpu di atas meja dan yang lainnya berada tepat pada sandaran bangku tempat dimana Elana duduki.

Wajah mereka begitu dekat hingga keduanya dapat merasakan deru nafas serta harum tubuh masing-masing. Elana mendadak gugup dan kaku.

"L-lo ngapain?" Tanyanya pada Seanno yang saat ini malah tersenyum penuh kejahilan.

"Menurut kamu?" Tanya Seanno dengan nada suara yang rendah, membuat Elana menelan ludahnya dengan cukup sulit.

Entah mengapa dengan posisi seperti ini, ia merasa Seanno berkali-kali lipat lebih tampan dari sebelumnya. Bulu mata yang indah untuk seorang laki-laki, serta alis tebal yang mempertegas wajahnya membuat Elana merasa sudah berkali-kali jatuh cinta.

"Kenapa kamu melihat saya seperti itu? Kamu sudah jatuh cinta sama saya?" Pertanyaan mendadak Seanno membuat Elana sukses salah tingkah. Ia merutuki sikap Seanno yang terlewat santai sampai bisa mengatakan hal seperti itu dengan mudahnya.

"A-apaan sih lu! Minggir!" Ujar Elana sambil mendorong jauh tubuh Seanno guna menutupi rasa malu yang sedang ia rasakan.

Seanno hanya terkekeh, ia merasa wajah malu-malu Elana sangat lucu hingga membuat dia tertawa.

"Saya serius, saya minta maaf."

"Minta maaf emang tau salah nya apa?" Jawab Elana.

"Soal kemarin, Ave."

Entah mengapa mendengarkan nama 'Ave' membuat Elana sedikit sebal mendadak. Ia jadi mengingat kejadian kemarin dimana Ave mengatakan hal yang benar-benar menyakiti perasaannya.

"Kalau Ave bicara hal-hal aneh jangan di percaya."

Seperti tau apa yang ada di pikiran Elana, Seanno mengatakan hal yang relevan dengan isi kepala Elana saat ini.

"Sok tau banget sih," bales Elana dengan sedikit ketus.

"Kamu dari tadi marah-marah, galak banget sama saya itu maksudnya apa kalau bukan soal kemarin? Soal ucapan Ave? Saya tau Ave itu seperti apa, dia pasti udah mengatakan hal yang tidak mengenakan ke kamu hingga kamu langsung pergi dan saat ini bersikap dingin dengan saya."

Elana semakin kesal, ia merasa Seanno dan Ave sudah sedekat itu hingga dia bisa mengatakan bahwa tau soal Ave seperti apa.

"Iya yang paling tau Ave." Sindir Elana.

Seanno kemudian terdiam beberapa saat, ia tatap gadis dihadapannya yang sedang mengetik dengan wajah kesal serta mulut yang mendumal tidak jelas. Ia sudah pastikan Elana mendumal tentang dirinya.

"Kamu cemburu?"

Ucapan Seanno sukses membuat tubuh Elana memutar. Gadis itu menatapnya dengan benar-benar terkejut.

"Ngomong apa lu barusan?"

"Kamu cemburu?"

"Atas dasar apa?" Balas Elana.

"Saya bilang tau soal Ave seperti apa."

"Lu ngaco! Gak usah ke geer an deh." Elana membatah dengan cepat, padahal dalam hati berteriak kegirangan bahwa Seanno sadar apa yang ia rasakan.

"Perubahan wajah, sikap dan tingkah kamu ketika saya bahas Ave udah salah satu petunjuk yang jelas bahwa kamu cemburu dengan dia."

"Teori lo aneh!" Balas Elana dengan nada ketus. Gadis itu kembali melakukan kegiatan nya untuk menyelesaikan proposal yang sebentar lagi selesai.

"Kalau cemburu itu, bilang."

"Untuk apa? Emang lo bakal lakuin apa? Lo sama gua juga gak ada apapun."

"Jadi, bener cemburu kan?" Tanya Seanno dengan senyum menggoda.

"Apasih Seanno Narendra Sebumi." Elana menjawab dengan menahan kesal nya.

"Jawaban kamu udah mengisyaratkan bahwa kamu cemburu Elana Isvara Mesha. Kalau kamu cemburu, jujur saja sama saya. Saya se peduli itu soal kecemburuan atau pandangan kamu terhadap saya."

Elana menatap kembali cowok yang saat ini tengah bersandar pada sisi meja. Tangannya dilipat depan dada. Tatapannya tertuju intens kepada dia.

"Lu tuh ngomong begitu sadar gak sih? Dipikirin gak sih? Lu tau gak dampaknya apa?" Omel Elana yang merasa kesal bahwa Seanno selalu mengatakan hal yang membuat dia berpikir bahwa cowok itu juga menaruh perasaan dengan dia. Membuat perasaan semakin berharap tumbuh pada hati Elana.

"Saya paham soal itu, mangkanya saya berkata semua nya. Lain kali, kalau cemburu bilang, kalau memang kamu tidak suka akan sikap saya kamu juga berhak bilang. Saya gak suka kamu marah tidak jelas yang akan membuat diri kamu sendiri kacau, hingga fokus kamu hilang atau perubahan kondisi diri kamu yang buat kamu malas ketemu saya."

"Emang kenapa kalau gue males ketemu lo?" Tantang Elana.

"Saya yang gak bisa kalau gak ketemu kamu."

"Dih?"

"Saya cepat rindu sama kamu. Kamu itu udah mempengaruhi diri saya." Seanno menjawab dengan nada tenang dan tatapan teduh yang terus tertuju pada Elana.

Sementara gadis itu hanya diam. Mendadak kaku. Ucapan Seanno sudah bisa diartikan bahwa cowok itu selalu merindukan dia dan mungkin menaruh perasaan pada dia. Apakah Elana boleh berharap lebih? Berharap lebih bahwa perasaan nya terhadap Seanno tidak hanya sepihak saja.

"Ngomong apasih lo, udah ah gue mau balik." Elana kemudian merapihkan beberapa barangnya yang ada diatas meja.

"Pulang sama saya, mau?"

Aktivitas Elana berhenti mendengar ucapan Seanno,
"Hah?"

"Saya mau ajak kamu pulang, jika kamu mau."

"Gue laper, mau makan dulu."

"Saya gak masalah soal itu."

Elana terdiam. Ia menimang-nimang apakah menerima tawaran Seanno atau pulang bersama Alsaki. Ia sebenernya sangat ingin pulang bersama Seanno.

"Yaudah kalau maksa," jawab Elana.

"Saya tidak maksa?" Jawab Seanno.

"Udah ah bawel, bentar!" Jawabnya.

Seanno hanya tertawa. Ia merasa senang melihat Elana yang mau pulang bersama dia.

Satu langkah lebih dekat,
Satu langkah lagi memilikimu.
-Seanno

Tbc..

Haiiii terima kasih untuk yang sudah membaca dan vote.

Segala masukan dan kritik bisa disampaikan ke aku via DM ya

Maaf banget untuk keterlambatan update nya😭✋🏻

UNDECIDED [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang