Elana menatap sepatu nya, air mata dia entah sudah berapa kali terjatuh. Saat ini gadis itu sedang menunggu kedatangan sang sahabat di halte depan sekolah nya.
Pikiran nya melayang memikirkan kejadian beberapa waktu lalu saat Ave datang dan mengatakan hal yang buat dirinya mendadak sakit hati. Yang lebih tambah menyakitkan adalah kala Seanno, cowok yang sudah membuat nya jatuh cinta ternyata memilih bertahan dengan Ave.
Elana sudah mengirimkan pesan kepada Alsaki untuk segera menjemput dia dan mengatakan bahwa segala urusan gadis itu telah usai. Ya, Elana tidak mengatakan yang sebenarnya terjadi. Ia hanya takut Alsaki akan mengajak bertengkar Seanno nantinya.
"Na! Gue beli balon gambar upin ipin peyang!" Teriak cowok itu dari kejauhan sampai akhirnya motor miliknya berhenti tepat didepan Elana dengan tangan yang memegang dua buah balon gas bermotif kartun si kembar berkepala pelontos.
Elana yang melihat itu tersenyum kemudian tak sadar air matanya terjatuh.
Alsaki yang melihat itu segera turun dari motornya dan mendadak panik.
"Lu kenapa Na? Upin Ipin nya jelek ampe lu nangis? Apa lu takut sama Upin Ipin?" Pertanyaan Alsaki dibalas gelengan oleh Elana.Gadis itu lalu segera mendekat dan jatuh bersandar pada dada bidang Alsaki. Sementara Alsaki yang diperlakukan seperti itu pun memeluk sang sahabat dengan erat, memberikan sebuah kekuatan serta energi dan juga menjadi sebuah tempat ternyaman Elana ketika sedang merasa tidak baik-baik saja.
"G-gue emang kayaknya salah jatuh cinta sama dia." Elana berucap dengan di iringi tangis.
Alsaki paham arah pembicaraan nya. Ia lalu mengusap rambut kepala Elana. Sambil merapalkan beberapa kalimat penenang.
"Sttt, udah tenangin diri dulu." Bisikan itu Alsaki ucapkan berulang kali kepada Elana.
"Gua salah apa sampai bisa rasain patah hati sebelum benar-benar merasa di cintai?"
Alsaki melepaskan pelukannya dari gadis itu. Di tatapnya mata Elana lekat-lekat. Mata yang indah dan selalu menjadi bola mata favorit Alsaki kini terlihat lebih banyak mengeluarkan air mata sehingga sedikit sembab.
Kulit Elana yang putih membuat hidungnya terlihat lebih merah karena menangis.
"Lu gak salah. Jatuh cinta gak pernah ada yang salah. Dia nya aja yang brengsek."
"Enggak. Dia gak salah, ini hati gue aja yang salah bisa jatuh cinta sama orang yang gak pernah bisa untuk bersama dengan gue."
"Lu ngomong apa sih Na?" Tanya Alsaki dengan bingung.
"Sini, duduk dulu." Alsaki menuntun Elana untuk duduk pada beberapa tempat duduk yang di sediakan pada halte.
Gadis itu menurut. Ia ikut duduk sesuai arahan Alsaki.
"Coba cerita pelan-pelan gimana awalnya."
"Tadi, cewek yang di parkiran beberapa hari yang lalu kita ketemu lagi bareng sama Seanno, dia datengin gue. Dia bilang kalau gua sampai kapanpun gak bisa sama-sama bareng Seanno karena nyokap nya Seanno gak mungkin suka sama cewek kayak gue."
"Yee kurang ajar tuh cewek, sok tau banget. Seberapa keren sih sampe bilang gitu?"
"Sangat keren, Ki. Dia itu anggun, cantik, dan sopan santun. Gak sebanding sama gue yang penampilannya gini, biasa aja, dan suka ngomong kasar. Cewek itu juga berkelas, sedangkan gua yang biasa makan mie instan di dajok aja mikir."
Alsaki menatap sang sahabat cukup lama,
"Lu juga berkelas. Sekarang kan kelas 11."Ucapan Alsaki sukses mendapatkan pukulan tepat di lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDECIDED [COMPLETE]
Teen FictionSeperi layaknya langit yang memiliki Matahari dan Bulan, namun ketiganya tak akan pernah bisa bersamaan. Ini kisah Elana yang dihadapkan oleh dua hati yang tulus mencintai nya. Dua-duanya memiliki ruang tersendiri, dan dua-duanya terdapat perbedaan...