Bab 5

758 74 2
                                        


Main-main sama anak berjilbab, awas nanti kepalang ijab.————Azra.

"Perkenalkan Risa teman baru kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Perkenalkan Risa teman baru kalian. Ia pindahan dari SMA Bakti Bangsa Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Ada yang ditanyakan?"

Seperti kata Risa pagi tadi kepada dua teman barunya, jam pelajaran pertama Bapak Ridha memperkenalkan Risa sebagai murid pindahan di kelas 11 IPS 4. Tidak ada yang tertarik untuk basa-basi dengannya membuat sesi perkenalan Risa sangat singkat.

"Okey. Risa silahkan duduk di tempat yang kosong. Ada yang kosong?" tanya Bapak Ridha.

"Nothing, Sir," (Tidak ada, Pak) jawab salah seorang dari mereka.

"Ayo ketua kelasnya carikan bangku kosong. Bapaknya Risa juga donatur terbesar sekolah ini," bocor Bapak Ridha agar mereka menghormati posisi Risa.

Azra———selaku ketua kelas mereka, bangun dari duduknya lalu meminta izin ke gudang. Lama menunggu dengan keheningan, Azra datang dengan meja dan kursi, ia menaruh tempat duduk Risa di sampingnya.

"Risa, sit down." (Duduk)

"Terima kasih, Pak."

Risa mengangguk patuh. Berlalu menunduk hingga sampai di samping orang yang berbaik hati. Tempat duduknya cukup enak karena berbenturan dengan dinding. Yang sangat disayangkan adalah posisi Risa diapit 2 laki-laki dari belakang dan samping, setidaknya Risa punya tempat duduk untuk hari ini.

"Oke anak-anak,  let's start the pelajaran sejarah," ujar Bapak Ridha lagi. Ia duduk, membuka buku tema sejarah dan mulai membolak-balik kertas menunggu yang lainnya bersiap.

Risa duduk menyerong kepada Azra, ia melempar senyum. "Makasih, Kak."

"No problem."

Belum 5 detik duduk nyaman sambil mendengarkan Bapak Ridha menerangkan pelajaran. Kursi Risa bergoyang-goyang seirama dengan gerakan kaki orang di belakang Risa. Risa pun menoleh meminta jangan diganggu. "Kursi aku goyang, Ka. Tolong jangan." Laki-laki itu membuang muka saat wajah Risa menghadap padanya.

Teguran itu tak membuat sang empu berhenti menjahili Risa. Bahkan suara kursi berderit samar-samar sudah mencuri perhatian seisi kelas. Risa menghela napas, baru hari pertama sudah dijahili begini, apalagi nanti.

Bapak Ridha mengerutkan dahi saat mendengar suara gerasak-gerusuk. Ia menghentikan materi lalu mencari pelaku. "Risa, kursinya nggak comfortable?" tanya Bapak Ridha.

"B-bukan, Pak. Nyaman kok," tukas Risa sembari memperbaiki mimik wajahnya yang tegang.

"Jangan ada yang berisik, ya. Even though you're an IPS child," (Meskipun kalian anak IPS) ingat Bapak Ridha lagi.

"Yes, Sir," jawab mereka serempak.

Lagi-lagi kursi Risa berderit pelan membuat Azra dan Ale yang berada di samping Risa menoleh malas ke belakang tubuh Risa. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Algaris Mahendra. Laki-laki paling usil, suka berantem, suka membuat masalah dan tidak suka ditentang.

A L G A R I S  (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang