Bab 8

533 60 2
                                    


Kalau aku anak haram, apa aku tidak boleh baik? Kalau aku anak haram, apa aku tidak boleh menutup aurat? Kalau aku anak haram, apa aku tidak boleh hidup berbaur dengan anak-anak yang lainnya? ——— Risa.

Kalau aku anak haram, apa aku tidak boleh baik? Kalau aku anak haram, apa aku tidak boleh menutup aurat? Kalau aku anak haram, apa aku tidak boleh hidup berbaur dengan anak-anak yang lainnya? ——— Risa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil Zahir terparkir di depan gerbang sekolah. Pio turun tanpa basa-basi, disusul Risa dan Zahir yang ikut mengantar kedua anaknya. "Kalian yang akur," pesan Zahir sembari mengusap kepala Risa dan Pio bergantian.

"Iya, Pa," jawab Risa sopan.

"Pa, nanti beliin buku baru," pinta Pio setengah merengek memperlihatkan wajah imutnya. Risa mengedutkan senyum, sebenarnya Pio itu baik, tapi mungkin karena tak suka status Pio sebagai 'anak Zahir' juga disandang Risa makanya Pio bertingkah menentang Risa.

Zahir terkekeh. "Siap, cintaaa, segudang kalau mau kamu," jawabnya lalu mengangkat tangan hormat perpisahan. "Oke, Papa berangkat dulu."

"Hati-hati, Pa," pesan Risa. Zahir mengangguk sambil menyunggingkan senyum menggoda membuat Risa tertawa sambil menutup mulut.

"Ish, kumat!" cerca Pio tak suka sifat ala-ala manja Zahir kepada Risa.

"Sama kalian doang padahal, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Risa dan Pio mengamati Zahir hingga punggung kokoh itu menghilang ditelan mobil. Deruman mesin menggema, 4 roda hitam itu perlahan maju meninggalkan tempatnya.

Mobil Zahir sempurna hilang ditelan keramaian pengendara, Pio langsung berbalik, menabrak bahu Risa keras hingga sang empu yang belum siap terperanjat mundur. "Jangan harap lo tenang!" murka Pio.

"Kak," tegur Risa mengingatkan.

"Ennek gue liat muka munafik lo!" hardik Pio, gadis berambut sebahu itu menyempatkan diri mendorong Risa hingga jatuh ke lantai. Banyak pasang mata melihat kejadian itu hanya bisa berkerut bingung.

Merasa perbuatannya belum puas kalau tidak ada yang membantu atau melihat. Pio berteriak sambil menunjuk Risa sudah pucat padanya. "All of you jangan percaya penampilannya. May mom said : ibunya dulu seorang pelacur dan ngelahirin nih anak! Sok-sok'an pake jilbab, tubuh lo just anak haram."

Pio tersenyum miring, siswa-siswi itupun langsung berkerumun membentuk lingkaran besar, mereka berbisik-bisik mengenai kejelekan Risa yang belum tahu asal-usulnya.

"Udah anak baru, berurusan sama Pio lagih."

"Katanya juga yesterday dihukum bareng Algaris."

"Sok-sok'an menutup aurat."

Pio kembali melanjutkan, "Dan hebatnya, ibunya illegitimate child ini malah ke rumah papa gue to pertanggung jawaban. Udah bitch, miskin, masih aja making up di hadapan papa gue. Makin kasian sama brainnya yang pas-pasan."

A L G A R I S  (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang