Bab 11

622 70 4
                                        

Kehidupan kita berbeda, lo baik dari hati sedangkan gue memperlakukan lo setengah hati. ———— Algaris.

"Kakak, pakaiannya mau ditaruh di mana?" tanya Bi Anah———asisten apartemen Algaris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kakak, pakaiannya mau ditaruh di mana?" tanya Bi Anah———asisten apartemen Algaris. Bi Anah membawa sepaket pakaian gadis remaja yang entah untuk apa Algaris meminta itu.

"Taroh di kamar tamu, Bi." Algaris melirik sedikit pada bungkusan cukup besar di tangan Bi Anah. "Kalau nggak suka, nanti bilang," sambungnya.

"Oh, iya, baiklah, Kak," sahut Bi Anah tak memperpanjang percakapan. Maklum, Algaris tak suka banyak bicara dan tak suka banyak mendengar pembicaraan.

Bi Anah melangkah ke kamar tamu, ia tebak, Algaris membawa seorang gadis lagi. Memang kelakuan anak majikannya itu selalu seenaknya entah itu gonta-ganti cewek atau nyeret cewek ke rumah.

Risa yang duduk memakai dua handuk sedikit terkejut karena pintu kamar ini diketuk. Risa membenarkan handuk yang tersampir di bahu agar lebih menutupi jengkalan leher. Dipikir-pikir Algaris itu baik kok, cuma cara menolongnya saja yang belum bisa Algaris bedakan mana boleh dekat mana tidak.

"Bibi mau taroh ini di dalam," ucap Bi Anah.

Mendengar suara perempuan yang ada di balik pintu. Risa berucap hamdalah dalam hati. Ia langsung berjalan ke arah pintu. "Sebentar," jawab Risa.

Pintu pun perlahan Risa buka. "Ada apa, Mbak?" tanya Risa sopan.

Bi Anah menyerahkan kotak berukuran sedang. "Ini, Bibi mau kasih baju ganti. Kalau ada apa-apa Bibi ada di dapur, Bibi permisi dulu," ujar Bi Anah.

"Makasih, ya, Mbak—— eh Bibi," ralat cepat Risa sambil memberikan cengiran bersalah.

Bi Anah tersenyum. "Permisi." Risa mengangguk mempersilakan. Setelahnya Risa menutup pintu dan mulai membuka satu persatu isi-isi yang ada di kardus itu.

Ada baju over size, cardigan, kerudung phasmina, rok hitam serta sebuah gamis senada. Risa tersenyum bahagia mendapati baju-baju itu memang cocok untuknya. Risa sempat berpikir Algaris bakal mengecohkannya dan membiarkannya pulang tanpa kerudung. Tapi ternyata Algaris cukup baik juga.

Risa menyimpan gamis bermotif polkadot dan memilih memakai baju santai seperti anak remaja kebanyakan. Selesai berpakaian, Risa keluar dari kamar mencari keberadaan Algaris.

Risa mengedarkan pandangan, apartemen Algaris sangat nyaman dengan tumbuh-tumbuhan hijau dibalik kaca sepanjang dinding rumah. Suara air mengalir dari akuarium juga ikut meramaikan kediaman ini. Risa taksir, Algaris mempunyai rumah yang lebih besar dari apartemen pribadinya ini. Yakin sih.

Risa melangkah ringan sembari mengabsen apa saja yang ia lihat. Ada dapur berseberangan dengan sofa panjang yang diisi oleh Algaris. Risa mendekat pada Algaris. "Kak," panggil Risa pelan.

Risa menunduk lalu meraih buku yang menutupi kepala Algaris, cowok itu bernapas teratur dengan mata tertutup. "Tidur?" tanya Risa.

Kalau dilihat seperti ini, wajah sangar itu padahal tidak semengerikan saat bicara pada Risa. Rambut tercepol ke atas, helaian rambut terbagi dua memenuhi sisi kanan dan kiri pelipis Algaris. Tampan, untuk standar remaja seperti Algaris, puji Risa dalam hati.

A L G A R I S  (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang