Bab 23

626 77 2
                                    

Risa turun untuk makan malam, ia menyusuri anak tangga rumah Zahir dengan tatapan kosong ke depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Risa turun untuk makan malam, ia menyusuri anak tangga rumah Zahir dengan tatapan kosong ke depan. Hampir saja kakinya kepeleset kalau tidak berpegangan di dinding. Risa mengusap kepalanya pelan yang dilapisi kerudung.

Kalau ditanya kenapa pakai kerudung di rumah? Itu karena ada beberapa satpam yang sering keluar-masuk untuk memberitahukan orang-orang yang ingin bertemu dengan Zahir atau Monika, jadi ya Risa cari aman lebih dulu.

Sejak Algaris berubah aneh, Risa sepertinya ikut-ikutan berubah aneh. Entah kenapa dan bagaimana? Tapi sepertinya Risa terlalu parno saja dengan sifat Algaris yang buka-bukaan. Hish! Memikirkannya sana sudah seaneh ini. Risa menepis pikirannya sendiri lalu berjalan pelan ke meja makan.

"Ris, Papa sama Mama mau ke kondangan, kamu mau ikut?" tanya Zahir.

Risa tersenyum lalu menggeleng. "Aku di rumah aja, Pa. Kalau Kak Pio, ikut?"

"Ngapain nanya-nanya?!" ketus Pio tak ubah dari pertama Risa datang, itulah sifat Pio jika bicara dengan Risa, ngegas tanpa batas.

Dari arah kamar utama yang ditempati Monika dan Zahir, Monika datang sembari memperhatikan wajahnya di cermin bedak yang ia hawa di tangan. "Yuk, Pa, Mama udah siap."

"Bye Mom, Dad!" Pio bangkit dari kursi dan mencium pipi kedua orang tua itu. Adapun Risa hanya kebagian menyalami Zahir, hal yang sudah biasa terlihat karena Monika ibu tiri.

Kepergian itu membuat perasaan Risa tak tenang karena ditinggal bersama Pio. Taulah Pio itu berubah-ubah sifat. "Kakak mau makan?" tawar Risa takut-takut.

Pio memutar bola matanya malas lalu mengelus perutnya. "Kayaknya anak gue mau makan sate deh, Ris. Tolong beliin ya?" ucap Pio dibuat setengah-setengah dramatis.

"Anak? Secepat itu?"

Pio ingin menonjok muka polos Risa sekarang juga. Bisa-bisanya cewek yang diklaim adik tirinya ini gampang dibodohi, pantas saja Algaris mengklaim mainannya.

"Sama Kak Algaris?"

"Lo tau?" telisik Pio.

"Nggak sengaja liat." Risa menunduk lalu mengangkat wajah kepada perut Pio. Sekarang perkataan Risa tempo hari terjadi hari ini pada Pio dan Algaris. Mereka mencela Risa karena anak haram, tapi mereka sendiri yang memproduksi benih haram tempo hari. Karma 'kan?

"Sana pergi dasar parasit!" usir Pio semakin ketus karena saat di UKS ternyata ada yang mengintip.

Pio tidak mengelak. Itu membuat hari Risa tercubit keras. Kalau saja Pio mengelak, pasti hati Risa sedikit tenang dari memikirkan hal-hal selanjutnya yang bakal terjadi di keluarganya. Pasti Zahir sangat kecewa.

Nafsu makan Risa pudar, ia mengambil langkah keluar untuk mengunjungi mini market. "Beli sarden ah, lama nggak makan itu buat bekal besok," hibur Risa.

A L G A R I S  (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang