Bab 12

631 65 4
                                        

Sejauh ini kita berinteraksi, kukira kusudah mengenal kamu. Tapi ternyata tembok besar terbongkar hari ini membuat aku semakin tidak memahamimu. ———— Risa.

Di kamar Risa, embusan angin langsung masuk melalui jendela saat sang empu membukanya. Ia melihat awan bergumul abu-abu di langit sana tanda akan turun hujan, pantas saja hari ini ia merasa kedinginan.

Setiap hari Risa membuka jendela, setiap itu pula Risa menemukan gumpalan-gumpalan kertas lusuh yang entah berasal dari mana? Kadang Risa membacanya, kadang pula Risa membuangnya. Hari ini kertas itu menempel di dinding dekat dengan jendela terbuka, membuat Risa tak perlu keluar dari kamar untuk mengambil.

Lo rubah gue, lo harus tanggung jawab.

Ternyata di dalam gumpalan itu terdapat foto Risa sedang tertawa bersama Qia dan Taya di kelas Risa. Risa menepuk jidad, sejak kapan ada orang yang memperhatikan dirinya sampai segininya? Berasa jadi artis saja.

Risa melangkah ke arah kasur yang masih berantakan, membenarkan bantal-bantal lalu melipat selimut yang ia gunakan. Sebenarnya hal itu tidak perlu dilakukan kata Zahir, rumah ini banyak mempunyai pembantu untuk mengurusi itu semua. Tapi tetap saja Risa tidak ingin membebani mereka selama Risa bisa sendiri.

"RISA TURUN!" teriak Pio. Aduh. Pagi-pagi sudah mendengar suara menggelegar dari mulut Pio. "RISA BUDEG!"

Risa langsung berhamburan ke lemari mencari baju lengan panjang dan kerudung. "Sebentar Kak lagi ganti baju."

"Alah ngapain ganti baju? Sok-sokan alim lu!" cerca Pio yang dapat dipastikan sedang berada di balik pintu kamar Risa.

Risa tak mempedulikan cemooh Pio, selesai berpakaian tertutup dengan celana kulot kebesaran Risa langsung ngacir ke pintu untuk menemui Pio. "Ada apa Kak?"

"Turun joging."

"Aku, enggak deh Kak," tolak Risa secara halus. "Kakak juga kalau mau ke luar pakai pakaian tertutup."

"Sok suci lo! Papa nungguin!" ujar Pio langsung turun meninggalkan Risa yang menatap prihatin pada pakaian Pio. Bisa-bisanya saudarinya itu memakai pakaian terbuka dengan celana ketat. Risa yang melihat sesama perempuan saja sudah dibuat bulu kuduk berdiri takut, apalagi dilihat oleh laki-laki di luar sana.

"RISA WOY CEPET!" teriak Pio di bawah tangga.

"Aku ganti rok dulu!" sahut Risa dan kembali ke kamar.

"ALAH! SOK SUCI LO. NGGAK INGAT IBU LO DULU GIMANA?!" teriak Pio lagi hingga suaranya memantul ke seluruh ruangan. Beruntung Zahir di luar rumah jadi tidak mendengar apa kata Pio.

"Jangan bawa-bawa Ibu aku, Kak!" sahut Risa agak berteriak juga.

"RISA WOY CEPET!"

Risa kelimpungan sendiri lalu meraih rok pemberian Algaris karena letaknya paling dekat. Ia berlari menuruni tangga hingga sampai di samping Pio yang sedang berfoto ria. "SIPUT!" hardik Pio lalu menarik kerudung Risa sampai terlepas.

A L G A R I S  (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang