[Tentang kepercayaan yang dimainkan]
17+ [Tidak pornografi, tapi mengandung kata-kata yang tidak dianjurkan ditiru]
Tidak revisi!! Typo, KBBI, PEUBI berantakan. Sudah kalah dari lomba dan malas ganti cover berlogo yang ini. Hehe :v
# -1 in Spiritu...
Perlu cara yang benar juga untuk mengembalikan kepingan hatinya yang pudar dari cahaya iman. ——— Azra.
A L G A R I S
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah berkolaborasi dengan sikat WC, sapu, pel lantai dan ember selama 2 jam lebih, akhirnya Risa kembali ke kelas yang sudah sepi. Hanya ada tasnya dan tas 3A. Ia duduk sebentar lalu meraih botol minum dan meneguknya sambil melihat-lihat kelas.
"Kalau sepi gini enak. Ya namanya juga IPS, dari Sabang sampe Merauke juga tau kalau IPS itu rada banyak tingkah," ucapnya sendiri.
Tatapannya terhenti saat melihat namanya tertulis di papan tulis bersama nama-nama teman sekelas lainnya. Ia pun mendekati papan putih itu lalu membaca judul paling besar bertema : Tugas Kelompok Matpel Sejarah.
Risa menghela napas panjang lalu menyapu namanya sendiri yang tertera di deretan 4 bersama Algaris, Azra dan Ale. Ya ampun! Kenapa harus sama Algaris, sih? Dendam sepatu pagi tadi aja masih Risa rasain pegal hukumannya sampai sekarang. Ini lagi! Ah, menyebalkan.
Terpampang jelas nama Risa bersama 3 orang cowok dalam deretan ke-4 dari 8 kelompok. Masing-masing kelompok berisi 4 orang, dan semuanya pas! Tidak bisa ditawar lagi. Itu tulisan paling bawah dan sayangnya pake huruf kapital!
Sekolompok dengan cowok saja sudah risi. Apalagi sekelompok dengan cowok macam Algaris, si menyebalkan yang bikin orang naik pitam mulu. Ditambah lagi dirinya doang yang cewek hijabers, masa disatukan dengan buaya-buaya?
"Bisa tukeran nggak si? Atau aku ngerjain sendiri aja, nasib-nasib," monolog Risa sambil membenturkan dahinya ke papan tulis.
"Eh, Ris ngerjainnya di rumah lo aja ya, biar bokap lo tenang anak perawannya nggak diapa-apain."
Risa menoleh ke pintu untuk memastikan yang bersuara itu Azra———ketua kelas super baik yang welcome sama siapa saja. Risa melempar senyum lalu mengangguk setuju pada cowok dengan seragam kancing dibuka semua itu.
"Sekalian lo cooking, Ris. Azra mah sejarah bisa diandelin. Gue sama Garis kadang ikut nama doang," celetuk Ale.
"Di rumah Risa 'kan ada Pio si anak gold, bisalah kita minta bantuan," timpal Azra mengingatkan rumah itu bukanlah rumah Risa. Risa muram sebentar lalu sebisanya kembali bermimik biasa saja.
"Home Pio, bukan rumahnya bitch," koreksi Algaris yang baru datang nyelonong masuk lalu merampas tasnya. Risa mendengus, sumber pembuat hidupnya tidak tenang memang sangat efektif membuat moodnya down.
"Sama aja kali, Gar," kilah Azra lagi.
"Bela aja terus, like?" tuding Algaris, cowok itu sama-sama duduk di atas meja berhadapan. Kalau saat jam sekolah Azra bakal jadi panutan, maka kalau sudah batas itu habis ia akan jadi semaunya———mengikuti jejak Algaris dengan pakaian tidak rapi lagi.