[Tentang kepercayaan yang dimainkan]
17+ [Tidak pornografi, tapi mengandung kata-kata yang tidak dianjurkan ditiru]
Tidak revisi!! Typo, KBBI, PEUBI berantakan. Sudah kalah dari lomba dan malas ganti cover berlogo yang ini. Hehe :v
# -1 in Spiritu...
Seseorang itu kembali hadir, tapi gue nggak tinggal diam kayak dulu lagi.———ALGARIS.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pelajaran sesudah jam istirahat berlangsung khidmat. Hanya murid berkelakuan kurang baik yang bersuara, menyela pembicaraan guru atau mengganggu teman———seperti Algaris sekarang.
Kaki Algaris tertempel lagi di bangku Risa, mendorong-dorong kecil ke depan hingga Risa seolah terjembab ke mejanya sendiri.
Risa mengamati bergantian buku IPS dan jarinya yang memerah ulah Algaris jam istirahat tadi. Kelakuan Algaris tidak bisa ditoleran lagi, kalau dibiarkan takutnya Risa akan jadi ajang pembulyyan.
"Sabar ya lo, Garis emang rada crazy kalau udah datenya," celetuk Ale berbisik menghadap ke arah Risa.
"Probably(Barangkali) dia kelewatan, seret to masjid aja biar tau limit suci," tambah Ale lagi. Bibir Risa berkedut menahan senyum.
"Yang bisik-bisik stop," tegur Ibu Oka. Ibu guru dengan sanggul tinggi, tusuk konde sebesar sendok, kacamata tebal, riasan muka seakan jadi pengantin memang sudah menjadi pemandangan sehari-hari di SMA Anggala Sena.
Ale mengamati ke depan sebentar lalu kembali menghadap kepada Risa. Risa pun yang melihat Ale kembali menoleh langsung tersenyum lagi. Ale adalah orang yang humoris, humble, baik, ganteng dikit, dari kalangan orang kaya menengah, paket komplit sultan deh pikir Risa. Maklum, Risa orang miskin, belum tahu yang kaya itu kayak apa.
"Lo ada number HP?" tanya Ale. Risa menggeleng.
"Lo do not have HP?" (Kamu tidak punya HP?) tanya Ale tak percaya. Risa mengangguk mengiyakan.
"Bokap lo sultan 'kan?" tanya Ale lagi. Ekspresi wajah Risa tampak berpikir tentang berapa harta Zahir. Tapi sayang, ia tidak mengurusi harta Zahir, bertanya pun tidak. Buat apa juga menanyakan harta papanya yang tidak ada hubungan apapun dengan pelajaran sekolah 'kan? Lama berpikir, Risa memilih menggeleng.
Ale tertawa rendah. Sekelas pengusaha Zahir ternyata memiliki anak yang tak tahu menahu tentang kekayaan yang dimiliki orang tuanya. Gua manakah Risa bersembunyi selama ini? pikir Ale. Berarti memang betul Risa orang baru di keluarga itu.
"Fine-fine aja lo, kalau nggak punya bestiebisa temanan sama kita, bestaisih," ajak Ale lagi.
Azra bergeming pura-pura tak mendengar apapun karena Ibu Oka sudah curi-curi pandang kepada barisan mejanya yang berderet langsung dengan Ale di depan Azra.