Bab 39 (Season 2)

513 51 2
                                    

Terlalu banyak yang ingin disampaikan, tapi biarkan saja seperti ini. @ahmad_badrin.

 @ahmad_badrin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


A L G A R I S

Di kediaman Zahir

"Pa, aku mau ikut bibi belanja ke mini market, boleh?" izin Risa.

"Boleh-boleh," setuju Zahir.

Risa bersorak girang, "Yeee! Aku mau siap-siap dulu ya Bi, tungguin aku." Risa melangkah lebar supaya lebih cepat sampai ke kamar untuk ganti baju.

ART rumah Zahir tersenyum lembut, sangat tersentuh dengan pribadi Risa yang bergaul dengan kalangan apa saja. Coba dibandingkan Pio ..., jangankan belanja bersama, ngobrol saja hampir tidak pernah dengan semua pembantu di rumah mereka.

"Nanti jangan lama-lama ya di luar, hampir magrib, anak gadis keluyuran," pesan Zahir pada Bi Desi yang berdiri jauh dari posisi Zahir di sofa.

"Baik Pak," jawab Bi Desi.

Setelah berpamitan, tidak ada percakapan sepanjang mereka berjalan kaki hingga keduanya kini sudah di dalam mini market.

Risa menaruh tepung di keranjang Bi Desi. "Aku beli ini aja Bi. Bibi udah beli telur 'kan?" tanya Risa dibarengi senyum. Apapun perkataan yang keluar dari mulut Risa pasti diakhiri senyum sebagai keramahan, kecuali saat bersama orang usil, Algaris dan Pio misalnya.

"Oh, belum Non. Bibi ke sana dulu ya ambil 1 kilo telur sama garem, gula. Non tunggu di samping kasir aja."

"Ya udah Bi, aku ke sana dulu," pamit Risa melaksanakan suruhan Bi Desi. Toh juga ke sini untuk beli tepung saja. Prinsip Risa : membeli apa yang perlu dibeli dan diniatkan dari rumah.

Dari belakang, 2 orang anak lari-larian sambil mengangkat botol minuman. Keduanya berlari hingga tak sengaja menabrak punggung Risa. "Aduh," ringis Risa seketika.

"Yah-yah, yaaaah, maaf Kak. Aku nggak sengaja." Anak itu mengelap ujung jilbab Risa yang ketumpahan air minum.

"Makanya kalau lari jangan sambil nengok ke belakang!" sindir anak gadis yang ada di belakang anak laki-laki ini.

Risa berbalik dan meraih ujung jilbabnya untuk memastikan. Risa tersenyum sambil berjongkok mensejajarkan tinggi badan dengan 2 anak kecil itu lalu berucap lembut, "Ooh, udah, ini nggak apa-apa. Lain kali jalannya hati-hati lagi yaa."

"Baik, Kak."

"Eh, kalian yang ngamen di lampu merah? Perasaan jauh dari sini deh. Kalian kesasar?"

Wajah kedua bocah itu tersenyum lalu kembali sendu. "Iya Kak. Kakak pernah liat kami ya? Kami kabur Kak dari panti."

"Terus kalian sekarang tinggal di mana?"

Keduanya serempak menggeleng lemah, bahkan kedua mata kecil itu terlihat berkaca-kaca. "Nggak tau Kak. Aku pengen balik ke panti, tapi nggak ada ongkos."

A L G A R I S  (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang