Bab 14

584 55 0
                                        

Bukan tentang manusia yang bikin sesak hati, tapi tentang Tuhan yang kautinggalkan demi kesenangan diri. --- Maryam367

Merpati hitam melintasi tubuh Risa, lantas dua sudut bibirnya terangkat naik menyaksikan hal sederhana itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Merpati hitam melintasi tubuh Risa, lantas dua sudut bibirnya terangkat naik menyaksikan hal sederhana itu. Belum jauh seekor hewan udara itu, yang lainnya datang mengejar dan berakhir terbang bersama.

"Segitunya aja bisa bikin lo senyum," celetuk Azra yang datang bersama Algaris. Keduanya kompak memakai seragam basket dan dapat dipastikan mereka berdua selesai latihan di sekolah.

Risa memberi jarak dan menghadap pada keduanya. "Eh, Kakak." Risa bergantian memandangi Azra dan Algaris sebentar lalu memusatkan pada jalanan yang ramai.

"Ngapain lo Ris?" tanya Azra lagi.

"Nungguin Ibu, Kak," jawab Risa singkat. Merasa pegal karena menjinjing belanjaan Nana satu tangan, Risa memangkunya ke depan dada. "Kakak habis dari mana?"

"Abis main curang sama Garis."

Algaris berdecak pelan ia menelisik belanjaan yang dijinjing Risa. Tak urung bertanya, ia hanya menduga-duga isinya bahan dapur. Modelan Algaris walaupun penasaran tetap aja bungkam. Algaris membenarkan tasnya di punggung.

"Eh Gar, Om Athan tuh!" tunjuk Azra pada Athan dan Nana yang berjalan beriringan sambil berbincang. Tangan keduanya pun penuh dengan belanjaan.

Algaris menoleh hingga netranya melihat apa yang ditunjuk oleh Azra. Di jarak 50 meter, Athan dan seorang wanita berkerudung sedang menuju kepada mereka. Benarkah ini ... ibunya Risa? Seorang wanita yang katanya jalang, penampilannya kok seperti ibu-ibu majlis? Jalang syar'i? pikir Algaris pendek.

"Om! Tante!" panggil Azra sembari membungkukkan badan sedikit tanda hormat. Salah satu tangannya menarik tangan Algaris agar ikut memberi salam hormat pada mereka.

Algaris pun terpaksa menunduk sedikit tapi tatapannya malah terpusat pada Risa, senyuman tulus, rona bahagia tampak di wajah gadis itu membuat Algaris sedikit risi dengan karena merasa iri dengan ketulusan itu.

"Besok-besok Om Athan nggak usah ikut, belanja sama Risa memakan banyak uang Om Athan!" omel Nana pada Athan padahal yang disindir anaknya sendiri.

"Yah Ibu, siapa suruh saat aku bilang mau makan sayur papahan, Ibu langsung semangat beli banyak sayur?" sindir Risa tak kalah.

"Katanya kemarin mau makan sup ayam, sayur bening, jamur, pas sampai di super market malah bilang mau makan sayur khas pulau kamu, untung Nana sabar!" gurau Athan ikut-ikutan.

"Udah hampir 1 bulan loh Om nggak makan itu, entar aku ketempelan orang sebelah gimana? Terus aku kecelakaan deh. 'Kan nggak etis kalau kecelakaan gara-gara kepingin makan sayur doang," jawab Risa manyun.

Algaris berdecak pelan, ternyata Risa itu orang yang cerewet! Bodoh! Polos dan sifatnya menyebalkan! Sok alim! Sok-sok lainnya! pikir Algaris.

"Itu kan cuma kepercayaan di sana Ris, horang kecelakaan itu takdir!" pungkas Athan sembari terkekeh.

A L G A R I S  (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang