[Tentang kepercayaan yang dimainkan]
17+ [Tidak pornografi, tapi mengandung kata-kata yang tidak dianjurkan ditiru]
Tidak revisi!! Typo, KBBI, PEUBI berantakan. Sudah kalah dari lomba dan malas ganti cover berlogo yang ini. Hehe :v
# -1 in Spiritu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Risa berjalan masuk ke sekolah lagi setelah mengatakan pada Zahir ; Qia mau mengajarinya beberapa pelajaran yang belum Risa kuasai, sekalian mengulur waktu untuk tidak bertemu Monika dan Pio di rumah. Risa juga capek di rumah Zahir karena selalu mendengar Nana direndahkan, dirinya yang disebut-sebut anak haram dan selalu dibilang yang miskin tetaplah miskin. Istilahnya, nyakitin hati kala pulang mah.
Kalau saja Zahir mengizinkan dan Nana menyetujui Risa tinggal bersama Nana, pasti tidak semenyedihkan ini hidupnya. Hidup capek tapi tidak bisa melakukan apa-apa itu salah satu cara ampuh bikin depresi jika dipikirkan.
Kakinya membawa ke kelas Qia yang berada jauh dari kelas Risa, baru pertama kali Risa menginjak sayap kanan tepat kelas 2 IPA berjejer. Meski sama-sama bersih, rapi dan nyaman, Risa masih merasakan hawa kutu buku dari dalam sana yang belajar sebelum pulang.
Sekadar informasi, Qia dan Taya menempati kelas 2 IPA 2, kelas bergengsi ke-3 setelah kelas IPA4+, kelas 1 IPA 1. Meski sifatnya bar-bar, nyelekit saat bicara, mereka berdua keturunan pintar, sering ikut serta dalam olimpiade akademik dan non-akademik. Bisalah diandalkan untuk mengajari anak kurang ilmu kayak Risa.
"Lama ya?" tanya Risa merasa bersalah. Ia menaruh tas di atas meja yang entah siapa pemiliknya kemudian mendaratkan bokong di bangku itu.
"Santai Ris, gue juga free sampai night," tutur Qia yang berbaring di tumpukan meja bersama Taya. Seragam keduanya pun sudah terikat di pinggang digantikan kaos kotak-kotak berkancing terbuka menampakkan tangtop hitam di dalam. Kedua teman Risa itu terkenal keren, tomboy dan digadang-gadang termasuk kategori cewek cantik se-SMA Anggala Sena. Tapi ya agak sangar dan bar-bar yang membuat mereka berbeda.
"Sebenarnya gue nggak niat si ngajarin lo, tapi yaudahlah gue juga nggak tau harus ke mana ngisi waktu luang gini," tutur Qia.
"Gue bete deh sama olimpiade besok," celetuk Taya tiba-tiba.
"Gue tau kenapa! Pasti sekelompok anak gold?" tebak Qia terbahak sambil memukul-mukul meja.
"Kalau gini terus si gue bisa dikeluarin dari IPA 2," murung Taya.
"Emangnya kenapa, Taya, Qia? Bagus loh punya teman olim pinter, daripada aku yang maju nanti dampingin kamu jadinya kalah deh," canda Risa memberi cengiran khasnya lalu tertawa bersama.
"Tapi bokap gue itu over banget jadinya kalau tau anaknya pinter. Ntar gue dimasukin ke IPA4+, nggak bisa lagi gue koar-koar kayak bebek jantan," sahut Taya lesu.
"Nyadar juga tingkah lo kayak lakik," cela Qia. Taya lantas bangun lalu menampol pipi Qia keras.
"Aww, kasaaaar. Ris pindahin Taya ke sekolah TNI aja, lumayan kalau ada musuh bisa dibantai 3 sekaligus," ucap Qia dengan sinis dibuat-buat.
"Bantai!" ulang Taya seraya menepuk pipi yang tadi ia tampol. Risa menertawai tingkah mereka karena tidak tahu harus merespon seperti apa.