[Tentang kepercayaan yang dimainkan]
17+ [Tidak pornografi, tapi mengandung kata-kata yang tidak dianjurkan ditiru]
Tidak revisi!! Typo, KBBI, PEUBI berantakan. Sudah kalah dari lomba dan malas ganti cover berlogo yang ini. Hehe :v
# -1 in Spiritu...
Anak laki-laki itu tergantung dengan didikan ibunya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A L G A R I S
Risa terbangun setelah pekikan jam di dekat meja mengusik tidur. Ia melenguh pelan lalu ingin mengusap wajah dengan kedua tangan. Tapi sayang, tangan kanannya sangat berat untuk digerakkan. Ia menyalakan lampu tidur untuk melihat benda apa yang menindih.
Ternyata Kak Algaris.
Risa kembali melirik jam yang menunjuk jam 04 : 40 pagi. Ia bangun setengah badan dengan hati-hati takut membangunkan Algaris. Tanpa dikomando, tangan satunya perlahan naik ke kepala Algaris dan mengusap pelan rambut gondrong laki-laki itu. Senyum terpantri tipis di bibir Risa saat mengulangi usapan itu terus menerus.
"Kak solat," ucap Risa serak khas bangun tidur.
Algaris bergerak sebentar merenggangkan otot-ototnya. Merasa ada yang mengusik dari atas kepala, ia lantas meraih benda itu lalu menaruhnya sebagai bantalan pipi. Tak tahu saja sekarang jantung Risa seakan copot karena tiba-tiba Algaris melakukan itu.
Risa menahan senyum sengit, ingin memaki tapi juga senang diperlakukan seperti ini.
"Kak ayo bangun udah azan."
Telinga Algaris mulai berfungsi normal. Suara dari orang dekat itu langsung dicerna otak hingga membuat tubuhnya tegak bangun. Bibirnya ia cebik lalu merangkak naik ke kasur Risa untuk tiduran lagi berbantal tangan Risa.
"Diwakilin aja bisa nggak si?" racau Algaris.
"Ngawur!" telak Risa. Mana ada salat diwakilkan? Itukan kewajiban pribadi pada Tuhan.
Algaris kembali melenguh sembari merapatkan jari pada jemari Risa. Risa melotot kaget, cepat-cepat ia menarik tangan yang digenggam Algaris dan turun mempersilakan Algaris tiduran di sana. Kalau dipikir-pikir kasihan juga Algaris tidur di karpet.
"Yaudah, 10 menit lagi ya harus bangun?" usul Risa. Algaris menyahut dengan gumaman, ia belum pulas tidur tapi raganya sudah berkeliaran di alam mimpi. Alias setengah sadar di alam nyata tapi tidak bisa menarik diri dari bunga tidur.
Meluangkan 10 menit, Risa memutuskan untuk mandi, berwudu siap-siap salat. Adapun Algaris sudah sepenuhnya terlelap damai.
"Ayo Kak, nanti kita ketinggalan loh," ujar Risa yang sudah memakai mukena.
Jangan harap mereka berdua salat berjamaah berdua, karena Algaris masih tahap mengingat-ingat tata cara salat dan bacaan Al-Fatihahnya masih berantakan. Jadilah mereka salat berjamaah di musala terdekat.
Saat ini Algaris menumpu kepala di atas meja. Ia harusnya jam segini masih di kasur atau minimal bermain olahraga dengan jalang? Mengingat masa lalu yang baru saja ditinggalkannya membuat sedikit rindu dengan kegiatan dulu.