Bab 17

593 52 3
                                        

Sebuah hidayah tidak bisa ditukar dengan harta benda dunia. Walaupun memiliki seluruh isi dunia, kamu tidak akan bisa membeli satu hidayah untuk hati yang mati dari cahaya iman.

A L G A R I S

Langit mulai meredup kala mega tebal datang menyelimuti nabastala. Suasana komplek mulai ramai dengan anak-anak yang bermain sepeda didampingi orang tuanya. Matahari kian menyingsing turun diikuti riak-riak burung yang bersiap-siap kembali pada sarang.

Masih di kediaman Zahir, 4 orang mengelilingi meja ruang tamu dengan nuansa buku-buku tergelak. 2 diantaranya hanya sibuk bermain HP dan 2 lagi kadang berdiskusi tentang materi kelompok mereka.

"Beli camilan gih. Mini market deket sini ada gue liat," suruh Azra. Ia mengeliat membenarkan tulang belakang yang terasa kaku karena terus duduk untuk mengerjakan tugas.

"Lo aja gih. Lo kan yang mau eat?"

"Gih, Gar——, eh nggak berani gue nyuruh orang macam Algaris," ralat Azra cepat sambil tertawa kencang. Azra berucap syukur karena Algaris tidak mendengar.

"Biar aku aja, Kak, aku lumayan sering ke sana," sela Risa seraya bangkit.

"Uangnya ada Ris?" tanya Ale.

Azra melempar pulpen yang ia pegang pada Ale yang sibuk mabar dari datang salat asar tadi. "Bangsul lo Le, liat kita ada di rumah Risa, masa iya Risa bokek!"

"Iya ada kok Kak, mau dibelikan apa?" ucap Risa.

"Keripik, minuman jeruk, snack. Itu aja sih."

"Kuaci sama pilus," tambah Ale.

Risa mengangguk. "Yaudah, aku keluar sebentar dulu," pamit

Mereka mengantar Risa dengan pandangan hingga Risa menghilang dari balik pintu, kecuali Algaris yang sedang sibuk dengan HP yang menempel di telinga kiri. Pemuda dengan kaos hitam polos itu lantas berdiri. "Keluar sebentar," pamitnya.

"Kenapa tuh anak?" tanya Ale bingung. Padahal tadi Algaris tidak merespon apapun saat disuruh Azra.

"Palingan ngejar Risa," sahut tak acuh Azra sambil mengikih ransel Algaris untuk mencari pulpen baru.  Setelah dapat, Azra melanjutkan aktivitas menulis pada kertas karton.

"Tapi kayaknya dia nggak nangkep deh kita bicara apa aja tadi," ucap Ale lagi sangat yakin Algaris itu ada sesuatu yang sedang dihadapinya walaupun hanya melalaui telepon orang di seberang sana.

"Selirnya hamil mungkin, biasanya 'kan kalau telponan lama gitu para permaisurinya yang calling-calling minta duit tanggung jawab."

"Tau banget kayak apa Algaris mode mainnya," timpal Azra.

"Kapan ya Algaris nggak nakal lagi? Berbusa-busa gue nyinyir masih aja nggak ditanggepin," beber Ale.

"Gue kira Risa target hidayah Algaris, eh udah 2 bulan masih aja ngamar sana-sini," komentar Azra.

A L G A R I S  (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang