Bab 21

645 61 4
                                        

Dosa adalah kutukan pada diri. Tapi alangkah baiknya Allah tetap mengampuni meski sebanyak buih dilaut, hingga batasnya ruh di tonggorokan dan matahari terbit di barat.

 Tapi alangkah baiknya Allah tetap mengampuni meski sebanyak buih dilaut, hingga batasnya ruh di tonggorokan dan matahari terbit di barat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A L G A R I S

"Pa, hari ini aku mau berangkat bareng pacar aku, dia udah nunggu di depan gerbang rumah," jelas Pio sembari menaruh bekal ke dalam tas.

"Pacar? Sejak kapan kamu pacaran?" telisik Zahir marah bernada rendah. Tapi Pio malah nyengir tak menggubris pertanyaan itu dengan jawaban.

"Udah si Pa, anak kita udah besar. Kalau nggak mempengaruhi nilai di sekolah ya nggak papa," lerai Monika.

"Aku main aman kok, Pa, tenang," lontar Pio lagi.

"Tuh Pa, percaya sama Pio. Anak kita udah bisa jaga dirinya sendiri kok," tambah Monika meyakinkan.

Zahir menatap bola mata Pio lama mencari kebenaran janjinya. "Jangan sampai langgar batasan," putus Zahir.

"Yaudah, bye Dad, Mom!" Pio melambai dan berlari ke luar menghampiri pacar barunya. Menghampiri orang yang selama ini ia yakini adalah cinta pertamanya. Orang itu, kini sudah bisa menautkan jari-jemari pada jari Pio. Pio kepalang senang karena cintanya selama ini tidaklah sia-sia.

Algaris.

Yaps! Cowok berambut sebahu, bibir lumayan tipis, hidung mancung, tinggi, bandel, gagah, sangat sempurna di mata Pio. 3 hari lalu setelah insiden melabrak Risa di gerbang sekolah, setelahnya Algaris sengaja membawa Pio ke kelas kosong dan ...

Menciumnya lalu menyatakan suka terhadapnya.

"Morning," sapa Pio malu-malu.

"Mau morning sickness bareng gue?" Yang namanya Algaris tidak jauh-jauh dari kata-kata seputar bikin orang! Percaya deh. Dasar nakal.

Semburat merah dari dua belah pipi Pio membuat Algaris tertawa kencang merasa berhasil membuat gadis itu tersipu. Pio memukul pelan bahu Algaris lalu mendaratkan bokong di kursi tumpangan. Hari ini Algaris memakai motor.

Risa menggenggam satu surat yang tertempel di jendela kamar sambil mengamati 2 anak manusia sedang berbincang-bincang di depan sana. Kalau dihitung sih sudah lebih 10 surat yang datang selama ini. Walaupun sekarang sangat jarang ia menemukan surat-surat itu dalam satu minggu.

Manis muka bagai bulan purnama
Elok rupa bagai hewan bernama angsa
Naluri raja tentu tahu permaisurinya
Cita-cita setinggi nabastala
Indah kala kita berdua
Tak bisa bersama sepanjang masa
Aku ke Selatan, kamu Utara
Inilah akhir kisah kita

Mencintai

"Meskipun aku nggak paham puisi, tapi ini puisi paling aneh yang aku baca. Nggak ada yang lebih buruk dari ini?" komentar Risa.

A L G A R I S  (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang