Ngapain ke bar? Sesulit apapun hidup, jangan pernah melibatkan maksiat agar melupakan masalah hidup. Anak muda zaman sekarang pikirannya hanya kalau neguk alkohol bisa melupakan masalah, tapi mereka lupa kalau mabuk juga sebuah masalah. Terutama masalah pada Tuhan. ——— Zahir.
Chandra menggantikan baskara dengan cepat kala azan magrib berkumandang. Gema azan tersebut membuat Risa langsung beranjak ke kamar mandi untuk mengambil air wudu. Gemercik air mengenai sedikit pakaiannya, ia menyelesaikan wudu dan memeras ujung baju karena basah. Awalnya ia hanya memikirkan air wudu itu baik, hingga ingatannya melayang pada Algaris, Pio dan jalang.
Jalang, entah kenapa, kata-kata itu sukses membuat Risa terpaku sambil memandangi wajah basah yang terpantul di cermin. "Apa benar, ya?" cicitnya sedih. Tangan Risa terangkat naik menggapai kembaran tak bernyawa itu lalu mengusapnya.
"Aku emang miskin, semua kemewahan ini masih terasa mimpi untukku. Kalau boleh milih, aku juga bakal pergi, tapi di sana ibu sedang pengobatan."
"Dulu, boro-boro diantar-jemput pake mobil, sepeda doang aja nggak ada." Risa mencoba tersenyum karena hari ini dan hari kemarin adalah hal paling luar biasa baginya. Menjadi sultan cepat kilat!
"Dulu, boro-boro sarapan roti, bawa bekal enak, bawa uang saku banyak. Makan aja kadang-kadang."
"Dulu boro-boro punya baju bagus, baju Risa sama ibu aja baru beli kalau mau lebaran."
"Tapi dulu nggak ketemu sama orang kayak Kak Algaris yang sesuka hati. Dulu hidup Risa emang miskin, tapi miskin itulah yang membuat orang lain nggak ganggu Risa."
Risa meraba wajahnya yang basah. Matanya memerah dan loloslah air mata yang entah ke berapa tetes. Ia baru menyadari tangis ketika selesai berkata-kata. "Dunia emang gini, yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Yang lemah dipaksa kuat, yang kuat berkuasa."
Risa satu kali lagi mencuci muka agar jejak air mata hilang. Selesai berwudu, Risa menggelar sajadah lalu salat magrib, disambung membaca Al-Qur'an atau membaca Surah Al-Mulk jika ia malas.
Semalas-malasnya membaca Al-Qur'an, Risa akan membaca surah ninjanya di waktu malam tiba, Surah Al-Mulk. Kata Risa, tidak ada alasan untuk tidak membaca kalam Ilahi tersebut. Apalagi kelebihan surah itu 'melepaskan siksa kubur' yang benar adanya. Surah Al-Mulk juga menjadi pembela di hari pembalasan nanti, dia juga surah yang tak pernah ditinggalkan oleh Nabi SAW dikala hendak tidur.
Setidaknya apabila membaca surah tersebut, jika ia mati dan banyak dosa, kehidupannya di kubur tidak semenyeramkan yang digambarkan Al-Qur'an dan cerita-cerita dari gurunya sewaktu di kampung halaman.
Berdasarkan hadits riwayat Asy-Syaikh, dari Abdullah bin Mas'ud RA, Nabi SAW bersabda :"Surat Al-Mulk adalah penghalang dari siksa kubur."
Selesai berwirid, Risa menoleh ke arah tirai tipis yang bergoyang-goyang karena diterpa angin. "Ah, lupa," monolognya. Ia beranjak ke arah jendela yang belum ditutup. Risa menoleh sedikit di sela-sela jendela memastikan. Sekelabat bayangan hitam dengan cepat menghilang membuat bulu kuduk Risa perlahan berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
A L G A R I S (Selesai)
Roman pour Adolescents[Tentang kepercayaan yang dimainkan] 17+ [Tidak pornografi, tapi mengandung kata-kata yang tidak dianjurkan ditiru] Tidak revisi!! Typo, KBBI, PEUBI berantakan. Sudah kalah dari lomba dan malas ganti cover berlogo yang ini. Hehe :v # -1 in Spiritu...