[Tentang kepercayaan yang dimainkan]
17+ [Tidak pornografi, tapi mengandung kata-kata yang tidak dianjurkan ditiru]
Tidak revisi!! Typo, KBBI, PEUBI berantakan. Sudah kalah dari lomba dan malas ganti cover berlogo yang ini. Hehe :v
# -1 in Spiritu...
Kilas balik seseorang bukan diukur dari sampulnya. Banyak yang baik, banyak pula yang pura-pura baik. ———— Algaris.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi-pagi sekali Risa sudah rapi dengan seragam baru SMA Anggala Sena, sekolah bergengsi terbesar di Jakarta. Katanya, jarang sekali sekolah ini diinjak oleh orang miskin, membuat Risa harap-harap takut jika mereka tahu Risa dari kalangan miskin.
Kain kotak-kotak bercorakmenjadi rok Risa, sedangkan untuk atasannya seragam putih dibalut rompi cokelat muda, keduanya longgar dan Risa suka itu. Sekolah ini sangat jarang dimasuki oleh kalangan berjilbab, maka dari itu Risa mengambil saudia hitam sebagai penutup kepala sementara.
Begitu juga dengan Pio, gadis 17 tahun lebih 3 bulan dari Risa itu memakai seragam wajib dengan rok di bawah lutut. Rambutnya tergerai sebahu, bandu hitam bermotif bunga menjadi hiasan di atas kepala.
"Pio ayo sarapan bersama," ajak Zahir pada Antapiolita, gadis itu mendengus kecil sebagai jawaban tidak.
"Hari ini aku ada ulangan, nggak sempat makan elegan di depan orang miskin!" sindir Pio. Ia mengambil bekal makanan, botol air dan memasukkan ke ransel.
"Pio! Papa nggak ngajarin gitu, minta maaf," suruh Zahir.
"Ngapain minta maaf?" Monika datang dengan pakaian rapi dan menjinjing tas sedang seperti hendak ke kantor ala-ala ibu sosialita yang pernah Risa tonton di TV-TV.
Pio tersenyum miring saat melihat pergerakan Risa sudah tak enak di tempatnya. Langkah pertama untuk mengusir orang asing sudah terlaksana! Tinggal beberapa langkah lagi, keluarganya akan kembali ceria seperti dulu. Dasar Risa peretak hubungan orang!
Monika merampas gelas yang terisi susu hangat lalu meneguknya sambil berdiri. Hal itu membuat Risa meringis tak enak. Apa dirinya sebab keluarga harmonis ini pecah hari ini? Jujur, ia pun tak bisa jadi benalu hidup di keluarga asing ini.
"Mamaaaa," tegur Zahir lagi.
"Heh Anak jalang! Jangan bikin masalah di sekolah!" pesan Monika.
Risa mengangkat wajah tak suka dengan panggilan itu namun tatapan penuh benci Monika membuat nyali Risa takut dan memilih tunduk sambil mengaduk-aduk mi goreng miliknya. "Iya, Ma, insya Allah," janjinya.
"Mama," tegur Zahir.
"Ck, Pa. Jangan berlebihan sampai lupa sama Pio pewaris tunggal kamu, aku berangkat duluan," ucap Monika lalu mencium pipi Zahir, salaman dan mencium kepala Pio. Risa bangkit dan menghampiri Monika untuk bersalaman.
Tangan Risa sudah menggantung di depan Monika. "Hati-hati, Ma," ujar Risa memaksakan tersenyum meski hatinya sesak karena merasa tak pantas di rumah ini. Monika mendengus dan berlalu begitu saja bersama Pio.
"Pio! Kamu belum minta maaf sama Risa. Nggak boleh pergi sebelum minta maaf atau Papa nggak mau bicara lagi sama kamu!" ancam Zahir. Ini bedanya didikan Zahir dari orang tua kaya kebanyakan yang akan mengancam anaknya dengan materi. Cukup bagi Zahir mengancam diam, Pio atau Monika pasti menurut kepadanya. Ya karena Zahir itu sangat pandai dalam menghibur dan jadi teman. Multiperan!