"Udah mandinya?" tanya Kak Satya ketika aku keluar dari kamar mandi.
"Udah, sana mandi," ucapku. Lalu tiba-tiba aku teringat sesuatu. "Kamu jadi survei tempat itu?"
"Iya, nanti jam 9 berangkat. Kenapa emang?" tanya Kak Satya menatapku. Aku menggelengkan kepala.
"Enggak. Udah sana mandi!" ujar ku.
Kak Satya masuk kedalam kamar mandi. Sementara aku segera menyiapkan baju yang akan ia kenakan hari ini. Setelah itu duduk di kursi dan mulai mengeringkan rambut. Aku mengusap perutku, selama 4 bulan kehamilan, aku benar-benar merasakan ada makhluk yang hidup di dalam perutku.
Tiba-tiba aku teringat dengan mimpi buruk yang beberapa hari ini selalu menghantuiku. Membuat rasa takut itu kembali menyerang ku.
Karena tidak mau berpikiran negatif. Aku memilih untuk keluar kamar. Menyiapkan sarapan untuk Kak Satya dan aku. Di dapur sudah ada Bi Inah yang tengah menyiapkan makanan.
"Pagi, Bi aku bantuin ya," ucapku sembari berjalan ke arah Bi Inah.
"Gak usah Non, Non Sera duduk aja. Nanti malah Bibi yang di marahi Den Satya, karena Non membantu Bibi," ucap Bi Inah melarang ku.
Aku menghembuskan nafas berat mendengarnya. Memilih duduk di kursi meja makan.
"Nih Non, susunya, di minum dulu," ucap Bi Inah memberikan segelas susu untukku.
"Makasih, Bi," jawabku.
Aku selalu merasakan semenjak hamil sifat overprotektif Kak Satya makin bertambah kepadaku. Aku mendongak, menatap Bi Inah.
"Bi, dulu waktu Bibi hamil suami Bibi overprotektif gak sih, Bi?" tanyaku.
"Walah Non, overprotektif banget." Bi Inah terdiam sebentar. "Tapi overprotektif orang dulu sama orang sekarang beda, Non."
"Bedanya apa Bi?" tanyaku sembari meminum susu.
"Kalau orang sekarang kan gak boleh ini, gak boleh itu, pokoknya yang di overprotektifin itu hal yang logis. Nah kalau jaman Bibi dulu, overprotektifnya itu tentang hal-hal di luar nalar manusia, Non. "
"Ha? Maksudnya?"
"Misal ya, Non. Dulu tuh ada larang buat anak kecil, dan juga orang hamil. Jangan keluar waktu magrib. Lebih ke gaib-gaib gitu deh Non," jelas Bi Inah.
Aku mengangguk paham.
"Dulu pernah kejadian sama adik Bibi sendiri, Non. Jadi dia keluar waktu magrib. Waktu itu dia hamil 7 bulan. Dan malamnya tiba-tiba perutnya kempes. Kayak gak lagi hamil. Semua orang kaget. Di bawa ke bidan di USG gak ada janinnya."
"Ha? Terus janinnya kemana? Tapi adik Bibi itu beneran hamil, kan?" tanyaku penasaran.
"Iya adik Bibir beneran hamil Non, tapi gak tau waktu itu benar-benar gak kayak orang hamil. Dan karena kami semua penasaran, akhirnya kami bawa ke ustad. Kata ustad janinnya ada, tapi sedang di umpetin sama jin."
"Terus, gimana Bi? Janinnya bisa di selamatin?"
"Alhamdulillah bisa kok Non, berkat bantuan ustad itu. Adik saya gak jadi kehilangan janinnya," ucap Bi Inah.
Aku terdiam, sungguh sangat merinding mendengar cerita Bi Inah.
"Kalau orang di kampung, biasanya Ibu hamil di bawain jimat. Kayak gunting kecil yang selalu di gantung di branya."
Aku mengangguk paham, mendengar penjelasan Bi Inah.
"Serius banget ngobrolnya. Lagi ngobrolin apa?" tanya Kak Satya yang tiba-tiba sudah di sampingku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 4 (Misteri Desa Kencana)
Mystery / ThrillerSILAHKAN BACA SEASON 1, 2 DAN 3 DULU. DILARANG PLAGIAT! COPYRIGHT BERLAKU! **** Sera kira setelah ia menikah dengan Satya, hidupnya akan kembali normal seperti orang pada umumnya. Tapi salah, ia harus kembali mempertahankan hidup, dari iblis-iblis...