Bingung

1K 193 11
                                    

Sera POV

Aku membuka mata. Hal pertama yang lihat adalah wajah Kak Satya. Kak Satya tertidur pulas di sebelahku. Tanganku, mencoba untuk mengusap kepalanya. Membuat ia membuka mata. Dan tersenyum kearah ku.

"Sayang? Udah bangun?" tanya Kak Satya.

"Kamu capek banget? Maaf, ya. Aku ngerepotin kamu," ujar ku.

"Kamu ngomong apaan sih? Kamu kan istri aku. Tanggung jawab aku, jadi kamu gak perlu merasa seperti itu," ujar Kak Satya. Aku terdiam, memeluk tubuhnya kencang dari samping.

Tiba-tiba aku merasakan perutku seperti tertendang. Mereka benar-benar aktif. Membuatku kadang kualahan.

"Kenapa ada yang sakit?" tanya Kak Satya. Saat aku meringis kesakitan.

"Gak pa-pa kok. Anak kamu aktif banget," ujar ku. Kak Satya pun mengusap perut buncit ku.

"Anak-anak Papa gak boleh nakal, ya. Kasian Mama," ujar Kak Satya. Tiba-tiba seseorang masuk kedalam ruangan ini.

"Eum, selamat pagi. Boleh saya periksa dulu?" ujar Dokter Novia.

Kak Satya memberi ruang agar Dokter Novia. Dokter Novia memeriksaku. Aku menatap layar USG yang ada di sebelahku.

"Bayinya sehat. Dan terlihat sangat aktif," ujar Dokter Novia.

Aku tersenyum mendengarnya. "Terima kasih, Dok. "

"Iya sama-sama, Mbak.... " lirih Dokter Novia. "Saya permisi dulu... "

Brak....

Tiba-tiba berkas di tangan Dokter Novia jatuh. Kak Satya segera membantu Dokter Novia membereskan semua berkas-berkasnya.

Aku dapat melihat, perubahan wajah Dokter Novia. Saat menatap Kak Satya.

"Makasih, Mas," ujar Dokter Novia. Kenapa denganku? Apa aku cemburu?

Aku kaget, ketika Kak Satya memeluk tubuhku.

"Sayang... " bisiknya. "Kenapa? Gak cemburu, kan?"

Aku mengdongak menatap Kak Satya.

"Gak tau. Aku gak suka kamu deket-deket Dokter Novia," bisikku di telinganya.

"Kenapa gitu? Aku gak ngapa-ngapain loh," ujar Kak Satya mengecup pipiku.

"Gak tau. Hormon kali, ya... " ujarku. "Tapi aku juga ngerasa aneh sama Dokter Novia. Kamu kenal sama dia? Kemarin dia kayaknya seneng banget ketemu kamu."

Kak Satya terdiam. Aku semakin penasaran. Apa mungkin Kak Satya mengenal Dokter Novia.

"Jadi aku pernah nolongin dia," ujar Kak Satya. Aku mengerutkan kening.

"Kapan?"

Flashback on

Satya POV

Hujan semakin deras. Entah kapan kami sampai di desa itu. Cuaca semakin gelap, aku benar-benar takut terjadi apa-apa denganku. Setelah mengantarkan Gio dan Viona. Aku memang langsung pulang. Karena tidak ingin meninggalkan Sera sendirian di rumah.

Tiba-tiba mobilku berhenti. Ada apa? Mana di tengah hutan. Dan tentu saja gelap. Aku mencoba mencari ponsel. Dan mencoba menghubungi, Bagus, atau tidak Gio.

Tapi sialnya, sinyal mati.  Tidak ada harapan lagi disini. Kecuali, aku harus keluar dan mencoba menghidupkan mesin. Aku mengambil senter, dan keluar mobil. Dengan cepat aku membuka kap mobil dan mulai membenarkan mesin.

"To.... tolong.... "

Aku diam, suaranya begitu jelas. Aku mencoba mengarahkan senter ke kanan dan kiri. Berharap itu suara manusia. Bukan makhluk halus.

DEATH 4 (Misteri Desa Kencana) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang