'Huh' Aku menghela nafas. Setelah mandi dan bersih-bersih. Aku duduk di atas ranjang sedang mengeringkan rambut. Tidak berapa lama, Kak Satya keluar dari kamar mandi. Dengan rambut yang masih basah juga. Wajahnya masih lebam-lebam. Karena aku belum mengobati lukanya.
"Sini!" Aku menarik Kak Satya agar duduk di sebelahku. Lalu mengambil kotak obat, dan mulai mengobati lukanya.
"Kamu kalau mau kemana-mana kabarin aku. Biar gak kayak tadi," ujar Kak Satya. Aku hanya diam, sembari meliriknya. Karena sekarang masih fokus untuk mengobati lukanya.
Selsai. Aku membalikkan kotak obat ke tempatnya. Lalu mengambil handuk, dan membantu Kak Satya mengeringkan rambutnya.
"Aku bisa sendiri, " ucap Kak Satya melarang ku.
"Stt... aku istri kamu. Lagian ngeringin rambut kamu juga gak bakalan bikin capek," sahutku. Kak Satya pun menurut.
Tiba-tiba ponsel Kak Satya berdering. Ia mengambil ponselnya. Dan langsung mengangkat telpon tersebut.
"Iya, halo."
".........."
"Lo gak bercanda, kan?"
"..........."
"Please lah, lo kan tau kalau.... "
aku mengerutkan kening. Karena Kak Satya tidak jadi melanjutkan ucapannya.
"Ya udah deh terserah, lo." Setelah mengucapkan kalimat tersebut panggilan di matikan. Wajah Kak Satya berubah menjadi murung, dan kesal.
Sebenarnya ada apa ini? " Siapa yang nelpon?" tanyaku. Karena tidak mau mati penasaran. Jadi ku putuskan untuk bertanya.
"Gio."
"Kenapa? Kok marah-marah gitu?" tanyaku.
Kak Satya diam, tidak menjawab ucapan ku.
"Sayang, jawab, " desak ku. "Kamu ada masalah? Masalah apa? Kamu bisa cerita sama aku."
Kak Satya tidak menjawab, ia malah memelukku. Dan menyembunyikan wajahnya di bahuku.
"Sayang.... " ucapku lebih lembut. Agar dia mau cerita.
"Masalah kecil kok. Kamu gak perlu khawatir," ucap Kak Satya lirih.
Aku menghela nafas, lalu mengusap bahu Kak Satya. "Sekecil apapun masalah harus tetap di bicarakan. Biar gak jadi salah paham di kemudian hari."
Kak Satya mendongak, sembari menatapku.
"Aku cuma gak mau bebani pikiran kamu. Apalagi kamu lagi hamil," balas Kak Satya. Aku mengambil tangan Kak Satya. Lalu meletakkan tangannya di perutku.
"Kamu tau? Anak kamu tuh pengen kamu cerita. Buktinya dia gerak waktu kamu sentuh. Jadi dia pengen kamu tumpahin keluh kesah kamu sama kita," ucapku.
Kak Satya tersenyum. "Kamu paling bisa kalau ngerayu gini."
"Jadi mau cerita?" ucapku. Kak Satya merapihkan anak rambutku.
"Jangan jadikan ini beban pikiran kamu, ya, " ucap Kak Satya. Aku pun mengangguk.
"Tadi kita ke Desa Kencana. Tempat pembangunan hotel yang lagi di garap sama perusahan aku sama Gio. Ternyata di sana banyak gak setuju sama pembangunan hotel tersebut."
"Tapi, Gio tetap mau jalani proyek itu. Aku agak khawatir kalau kedepannya bakalan jadi boomerang buat kita."
Aku paham, dengan apa yang di ucapkan Kak Satya.
"Terus? Luka di wajah kamu ini buka karena begal, kan?" tanyaku sembari menatap Kak Satya.
"Bukan." Kak Satya terdiam sebentar. "Beberapa warga desa menyerang kami tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 4 (Misteri Desa Kencana)
Mystery / ThrillerSILAHKAN BACA SEASON 1, 2 DAN 3 DULU. DILARANG PLAGIAT! COPYRIGHT BERLAKU! **** Sera kira setelah ia menikah dengan Satya, hidupnya akan kembali normal seperti orang pada umumnya. Tapi salah, ia harus kembali mempertahankan hidup, dari iblis-iblis...