Iblis Dalam Bentuk Manusia

938 157 21
                                    

"Aku anterin ya," ucap Kak Satya yang sedang menatapku. Aku menatap Kak Satya dari depan cermin. Meletakkan lipstik di tanganku.

"Gak usah. Aku sama Bi Ijum kok. Bukannya kamu harus kerja?" ujar ku berbalik menatap Kak Satya.

"Sera, aku gak mau ninggalin kamu sendiri. Aku gak mau kamu kenapa-napa," ucap Kak Satya.

"Lagian ini siang Kak. Gak mungkin kenapa-napa," ucap ku kekeh.

"Ah sayang mah gitu," ujar Kak Satya kesal. Sepertinya bukan hanya kesal. Tapi juga ngambek.

"Kak, beneran aku gak pa-pa sendiri. Aku bakalan bawa HT kalau kenapa-napa aku bakalan kabarin suami aku ini," ucapku membujuk Kak Satya.

"Beneran ya?"

Aku mengangguk cepat. "Aku pamit dulu ya. Nanti kunci rumahnya."

"Iya sayang, hati-hati... " ucap Kak Satya memelukku. Aku keluar dari kamar. Kemudian melihat Bi Ijum yang sudah menungguku.

"Maaf Bi lama," ucap ku tidak enak.

"Ah iya tidak pa-pa Mbak. Mbak Sera sudah siap?" tanya Bi Ijum.

"Sudah. Ayo berangkat," jawab ku.

"Bi titip istri saya, ya."

"Siap Mas!"

Aku dan Bi Ijum bergegas berjalan menuju pasar. Karena memang pasarnya tidak terlalu jauh. Jadi kami memilih untuk jalan kaki. Sepanjang jalan, semua orang di desa ini menyapaku. Mereka tersenyum sangat ramah.

Aku benar-benar bingung. Kenapa mereka bisa seramah ini. Tidak seperti Vio dan Kak Gio waktu itu. Kenapa mereka sangat pemilih dengan orang luar?

Kami sampai di pasar. Hari ini hari jum'at. Pasar tidak begitu ramai. Dan juga pasar ini buka setiap weekend seperti ini. Aku berjalan ke seorang penjual ikan. Untuk membeli ikan.

"Bu, saya mau ikannya 1 kg," ucapku.

Ibu penjula itu diam. Namun
tetap menimbang ikan hidup yang ku maksud. Tidak ada senyum di wajahnya sama sekali. Aku mengusap perutku. Ikan itu masih hidup. Dan begitu segar. Namun ketika penjual itu membunuh ikan. Aku kaget, karena darah ikan itu mengenai seluruh wajahku.

"Arghh... " aku berteriak. Membuat semua krang menatapku.

Ini gila, benar-benar gila. Bagaimana bisa darah ikan membasahi wajahku?

"Wong lek wes di kei peringatan ki gek lungo. Nyowo mu songo opo? ( orang kalau udah di kasih peringatan cepat pergi. Nyawa mu sembilan apa?)"

Aku tidak tahu, kenapa penjual ikan itu mengatakan hal itu kepadaku. Aku segera pamit, kepada Bi Ijum untuk ke kamar mandi terdekat. Tidak luma menyerahkan semua barang-barang yang ku pegang kepada Bi Ijum.

Aku masuk kedalam toilet. Orang-orang yang berada di toilet menatapku dengan aneh. Mungkin karena muka ku yang penuh dengan darah. Aku membasuh muka ku. Mengambil tissu untuk mengelapnya.

"Mbak Sera?" ucap seseorang aku melihat ada Novia di sini.

"Eh Bu Dokter," ucap ku begitu ramah.

"Mbak Sera kenapa?" tanya Novia.

"Gak pa-pa. Cuma kena darah ikan tadi," jawabku membersihkan wajahku lagi. Novia mengangguk.

"Semalam, aku belum sempat terima kasih kepada suami Mbak, nanti titip salam ya."

Aku menghentikan kegiatanku seketika. Kedua telingaku tidak salah dengar bukan?

"Maksudnya apa ya Dok? Saya gak paham," ucap ku menatap Novia.

DEATH 4 (Misteri Desa Kencana) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang