"Kenapa lo bawa gue kesini?" ucap Nessie begitu Gael menghentikan motornya. Nessie turun, menatap sebuah lapangan hijau yang begitu menyejukkan.
"Lo bisa liat mereka?" ucap Gael. Nessie mengerutkan kening. Apa yang di maksud oleh Gael?
"Maksud lo? Bukit di depan? Ya bisalah," ucap Nessie.
"Bukan itu maksud gue."
Nessie menatap kearah Gael.
"Lo beneran gak bisa liat 'mereka'?" tanya Gael.
Nessie menggelengkan kepalanya. Gael menghela nafas.
"Yang lo maksud apa sih?" tanya Nessie.
"Hantu."
"Ha... hantu?" Gael mengangguk. Lelaki itu menarik Nessie lebih dekat dengannya.
"Nih ya, yang sebelah sana di atas pohon itu ada bebera kunti yang lagi mainan rambutnya. Terus di sebelah sana, ada poci yang lagi berderet. Di sebelah sananya gue liat ada makhluk berbulu yang lagi liatin kita."
"Lo.... bercanda, kan?" ucap Nessie panik.
"Gue gak bercanda. Gue emang bisa liat mereka," ujar Gael meyakinkan Nessie.
Nessie mengedipkan matanya beberapa kali. Bingung harus berekspresi apa.
"Gue... gue sebenarnya bisa liat mereka. Tapi Mama gue selalu nutup mata batin gue," ucap Nessie.
"Kenapa?" tanya Gael.
Nessie terdiam sebentar. Mengingat bayangannya bersama Mamanya.
"Mereka jahat sama gue. Mereka selalu menyakiti gue. Karena gue yang gak bisa mengendalikan jadi gue sering di bully di katain halu sama teman-teman di sekolah gue," jelas Nessie.
"Demi kesehatan mental gue. Mama memutuskan untuk menutup mata batin gue," sambungnya.
Gael mengangguk paham. "Tapi ada yang ganjal... "
Nessie mendongak menatap Gael. Lelaki yang jauh lebih tinggi di atasnya.
"Ganjal apa?"
"Penjaga lo, kenapa sangat mirip sama penjaga gue?" ucap Gael. Nessie terdiam, hanya terpaku dengan tatapan Gael. "Sebenarnya lo siapa? Apa kita pernah ketemu sebelumnya?"
***
Audrey menghentak-hentaka kakinya sebal. Karena melihat Gael membonceng Nessie. Gita disebelahnya hanya diam. Membiarkan Audrey melampiaskan kemarahannya.
"Drey pulang yuk! Panas nih," ucap Gita mengibaskan rambutnya.
"Tapi gue masih kesel sama Gael Git!" ucap Audrey.
"Mending lo pulang, mandi maskeran dan tidur siang deh. Itu lebih menguntungkan," ujar Gita.
"Tau ah udah gak mood... " ucap Audrey. Audrey masuk kedalam mobilnya. Gita berjalan akan membuka mobil Audrey.
"Heh lo pulang sendiri. Gue mau gak mau pulang sama lo!" ucap Audrey. Audrey langsung melajukan mobilnya dengan kencang.
"Heh Drey! Kok gue di tinggal sih! Audrey!" teriak Gita di pinggir jalan.
Audrey melajukan mobilnya dengan kencang. Gadis itu tidak bisa mengendalikan emosinya.
"Liat aja ya tuh si anak baru! Gue bakalan bikin perhitungan sama dia!" ucap Audrey. Audrey membalikkan mobilnya ke rumah Gael. Ia ingin mengadu kepada Sera, Mama Gael.
Audrey keluar dari mobil dengan air mata yang sudah membasahi kedua pipinya. Sementara itu di halaman rumah terlihat Sera sedang menemani Alika bermain. Sera menatap Audrey yang tengah berlari kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 4 (Misteri Desa Kencana)
Mystery / ThrillerSILAHKAN BACA SEASON 1, 2 DAN 3 DULU. DILARANG PLAGIAT! COPYRIGHT BERLAKU! **** Sera kira setelah ia menikah dengan Satya, hidupnya akan kembali normal seperti orang pada umumnya. Tapi salah, ia harus kembali mempertahankan hidup, dari iblis-iblis...