"Ayo bakar.... bakar.... "
Suara langkah kaki membuatku ketakutan. Warga desa berlari di depanku. Entah apa yang sedang mereka kejar.
"Koe kudu mati! (Kamu harus mati) "
Mereka menyeret seorang perempuan. Perempuan itu menatap kearah ku. Lalu tersenyum menyeringai.
Aku membuka mata, bangun dari mimpi buruk. Aku mengusap dadaku, mencoba untuk mencanangkan jantung yang masih berdetak. Aku mimpi buruk. Siapa perempuan itu? Kenapa dia di perlakukan seperti itu?
Aku melirik ke sebelah, tidak ada Kak Satya. Kemana dia?
"Sayang, kamu udah bangun?" Aku kaget, ketika mendengar suara Kak Satya. Ia berdiri di ambang pintu. Aku takut, jika ada makhluk yang menyerupai Kak Satya lagi.
"Kamu kenapa sih?" tanya Kak Satya berjalan kearah ku.
"Ini beneran kamu? " Aku mencoba untuk memastikan.
"Iyalah, siapa lagi?" ujar Kak Satya menatapku heran. Aku menghela nafas. Dan langsung memeluk Kak Satya.
"Jam berapa?" tanyaku.
"Setengah lima,kita wudhu, sholat yuk," ajak Kak Satya. Aku mengangguk, menyetujui ucapan Kak Satya.
Kak Satya membantuku, untuk berdiri. Kami sama-sama ke kamar mandi. Kamar mandi ada di belakang. Dan sedikit jauh.
Setelah selsai melaksanakan sholat subuh kami memutuskan untuk joging keliling kampung. Walaupun awalnya Kak Satya tidak setuju. Tapi aku tetap ingin jogging. Akhirnya dia mengalah, dan memutuskan untuk ikut.
"Udah belum?" tanya Kak Satya ketika melihatku yang sedang mengikat tali sepatu.
"Bentar," ujar ku. "Yuk berangkat!"
Kami keluar rumah. Udara di luar begitu sejuk dan sangat segar. Ternyata pagi buta seperti ini desa ini sudah lamayan ramai.
"Mereka mau kemana, ya? Ini masih pagi padahal," tanyaku kepada Kak Satya.
"Ada yang ke ladang, pasar, ya macam-macam lah. Mau mampir ke pasar? Cari sarapan?" usul Kak Satya.
"Boleh, aku juga penasaran," ujarku.
"Tapi janji, ya. Kalau kamu capek, kamu ngomong. Dan kita bakalan istirahat, oke?"
"Iya-iya bawel amat! Ayo kamu lelet bangey deh!" ledekku. Aku lari lebih dulu membiarkan Kak Satya mengejarku.
"Jangan lari-lari!" teriak Kak Satya.
Kami sampai di sebuah pasar. Aku menghentikan langkah, lalu Kak Satya menyusulku. Dia berdiri di sampingku.
"Kamu larinya kenceng banget sih? Gak capek apa?" tanya Kak Satya sembari mengatur nafasnya.
"Enggak. Kamu kan males olahraga. Gak kayak aku yang rajin," ujarku menyombongkan diri.
"Sayang, aku mau itu deh, " ujarku menunjuk salah satu kedai di pasar ini.
"Jadah bakar? Jadah tuh makanan apa?" tanya Kak Satya yang kebingungan. "Sehat gak makannya?"
"Itu jadah, ketan di campur kelapa. Terus di bakar! Enak aku mau itu, ayo... " rengek ku. Aku menarik Kak Satya sampai ke kedai tersebut.
"Kamu bener mau beli itu?" bisik Kak Satya.
"Iyalah! Kenapa emang? Aku udah lama gak makan ini. Terakhir waktu kecil," jawabku.
"Ya udah kamu beli dulu ya. Aku mau ke toilet umum. Kebelet banget, " ujar Kak Satya. Aku hanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 4 (Misteri Desa Kencana)
Mystery / ThrillerSILAHKAN BACA SEASON 1, 2 DAN 3 DULU. DILARANG PLAGIAT! COPYRIGHT BERLAKU! **** Sera kira setelah ia menikah dengan Satya, hidupnya akan kembali normal seperti orang pada umumnya. Tapi salah, ia harus kembali mempertahankan hidup, dari iblis-iblis...