Nyai Sulastri

1.1K 213 23
                                    

"Maksud Bibi perempuan siapa?" tanyaku menatap kanan dan kiri.

Bi Ijum diam. Tiba-tiba ia menarik tanganku. "Nyai Sulastri.... "

Aku mengerutkan kening. Mendengar nama tersebut. Siapa Nyai Sulastri yang di maksud Bi Ijum?

"Di.... dia siapa?" tanyaku.

"Maaf Mbak, tapi nama itu sangat sakral di ucap di kampung kita. Kita gak mau ada malapetaka yang datang nanti," ujar Bi Ijum.

"Intinya, dia dulu pernah tinggal di rumah ini. Dan jangan sesekali menyebut namanya," ujar Bi Ijum. Aku paham, tapi aku masih penasaran siapa Nyai Sulastri yang di bicarakan oleh Bi Ijum.

"Ya sudah Bi, saya kembali ke kamar dulu, " ujar ku. Aku berjalan menuju kamar. Aku duduk di tepi ranjang. Melihat kearah cermin di depanku.

Aku mengerutkan kening, ketika melihat sosok perempuan yang berdiri di pojok kamar. Perempuan itu sangat cantik, tetapi wajahnya begitu pucat.

Dia siapa? Apa dia Nyai Sulastri yang di ceritakan oleh Bi Ijum.

"Kamu siapa?" tanyaku. Menatapnya di cermin. Dia hanya diam sembari tersenyum lebar.

Ia menggunakan piyama tidur yang jika di lihat sudah lama.

"Anakku hilang.... "

Ia menatapku dengan sendu. Karena mungkin karena aku sedang  mengelus-elus perutku.

"Kamu yang sering datang di mimpiku?" tanyaku.

"Hiks.... hiks.... hiks... "   Ia tidak menjawab. Malah menangis tersendu-sendu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia menangis, tapi memang aku pernah melihat wajahnya.

Dia perempuan yang selalu datang di mimpiku. Tapi kenapa dia? Ada apa? Kenapa aku tidak bisa menerawang lebih jauh tentang kehidupannya?

Tiba-tiba sosok itu hilang. Di bawa oleh sosok tinggi besar yang menyeret tubuhnya.

"Lepaskan aku.... lepaskan! "

Dia berteriak, aku pun mendongak ke pojok kamar dan. Dia sudah tidak ada. Kemana dia pergi?

Jika benar Nyai Sulastri adalah penunggu di rumah ini. Mungkin saja, ada kisah yang bisa aku kulik dari rumah ini. Ada sesuatu hal yang sangat di rahasiakan. Tapi apa?

****

Satya POV

"Kalian boleh istirahat," ujar ku memerintah para pekerja untuk segera istirahat. Aku duduk mengambil botol minum yang tadi sudah di isikan oleh Sera.

Aku juga melirik jam di pergelangan tanganku. Pukul 12 siang kurang sepertinya aku harus segera pulang. Karena jujur, aku tidak bisa meninggalkan Sera sendiri. Dia terlalu keras kepala dan sangat nekat.

Aku sangat takut jika dia melakukan hal-hal yang berbahaya. Apalagi, dia sedang mengandung anak kami.

"Hey kalian sudah dengar belum? Rumor hantu Pak Gio yang gentayangan di sekitar proyek?"

Aku menghentikan langkah, ketika mendengar suara tersebut. Hantu Gio?

"Heh! Menengo cuk, enek Pak Satya kae lo!  (Hey!  Diam kamu, ada Pak Satya itu loh.) "

Aku memtusukan untuk berjalan kearah mereka. Mendadak semua para pekerja diam.

"Pak.... " Salah satu diantra mereka menyapaku dengan gugup.

"Kalian sedang membicarakan apa?" tanyaku.

"Anu Pak.... "

"Hantu Pak Gio... " ujar salah satu di antara mereka.

DEATH 4 (Misteri Desa Kencana) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang