Satu bulan kemudian....
"Besok jadwal kamu ke Dokter, kan?" tanya Kak Satya yang sedang membuatkan ku susu. Malam ini kami sedang duduk di kursi meja makan. Tadinya aku ingin membuat susu sebelum tidur. Tetapi, Kak Satya memaksa agar dia saja yang membuatkan susu.
Aku mengangguk, sembari memainkan jari di atas meja.
"Besok aku temenin, ya," ucapnya memberikan segelas susu kepadaku.
"Kan kamu sibuk. Gak usah ah, aku bisa sendiri, kok," jawabku meyakinkan Kak Satya.
"Sayang... aku juga pengen tau keadaan anak kita. Jadi besok aku yang anterin kamu." Ucapan Kak Satya seakan mutlak, dan tidak bisa di ganggu gugat.
Padahal aku tau betul, akhir-akhir ini dia sangat sibuk. Dan tentu saja aku jadi tidak tega untuk merepotkan-nya lagi.
"Kamu ke kamar istirahat duluan ya. Aku harus urus berkas. Nanti aku nyusul," ucap Kak Satya mengusap kepalaku.
"Ck, gak mau! Aku kan mau tidur bareng sama kamu!" ucapku menatap Kak Satya kesal.
"Sayang.... ini berkas penting banget harus segera di selesaikan, kamu ngerti kan?"
"Terserah deh! Kamu lebih sayang sama laptop kamu! Nikahin aja sekalian laptopnya!" seruku. Aku segera berjalan menuju kamar. Karena memang sudah kesal dengan Kak Satya.
Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang. Sembari mengusap-usap perutku. Kandunganku sudah menginjak 5 bulan. Itu tandanya 4 bulan lagi, aku bisa melihat anakku di dunia ini.
"Sehat-sehat ya, Nak. Kamu tau kan Papa tuh jahat, gak mau nemenin kita," ucapku.
"Kita istirahat yuk, " ajak ku. Aku memasukkan tubuhku kedalam selimut. Lalu mulai mencari posisi yang enak untuk tidur. Namun, tiba-tiba ponselku berbunyi.
Aku meraih ponselku, dan melihat siapa yang menghubungiku malam-malam begini.
"Vio? Ngapain dia nelpon malam-malam?" gumam ku. Saat aku akan mengangkat telponnya, telpon tersebut sudah di matikan.
"Loh? Kok di matiin? Gue coba telpon ulang deh." Aku pun mencoba menelpon ulang Viona.
Nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi. Mohon periksa kembali nomor tujuan anda.
"Ha? Kok gak aktif? Apa gak ada sinyal?"
Aku pun memilih untuk menaruh kembali ponselku di atas meja. Namun, belum ada 30 detik, ponselku kembali berbunyi. Dengan cepat aku langsung mengambil ponsel dan melihat kearah layar.
Lagi, lagi Vio yang menelponku. Aku segera mengangkat telpon dari Viona.
"Halo V kenapa?" tanyaku.
Tidak ada jawaban. Hanya suara nafas yang tersengal-sengal.
"V lo kenapa?"
Masih sama, tidak ada jawaban. Dan hanya terderangar suara nafas saja.
"Viona, ini lo kan?" Aku mencoba untuk bertanya lagi.
"To.... tolong.... "
Kedua mataku terbelak. Mendengar suara Viona. Suara tersebut sangat lirih, berdominasi dengan suara nafasnya yang berat.
"V lo kenapa? Ada apa? Apa yang harus gue lakukan?" Aku jadi bingung dan panik sendiri.
"To... tolong gue.. Arghh.... "
"Viona! Lo kenapa? Please jawab gue!" ucapku. Begitu mendengar suara Viona berteriak.
Tut... tut... tut.....
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 4 (Misteri Desa Kencana)
Mystery / ThrillerSILAHKAN BACA SEASON 1, 2 DAN 3 DULU. DILARANG PLAGIAT! COPYRIGHT BERLAKU! **** Sera kira setelah ia menikah dengan Satya, hidupnya akan kembali normal seperti orang pada umumnya. Tapi salah, ia harus kembali mempertahankan hidup, dari iblis-iblis...