Lahirnya si Kembar

1K 176 22
                                    

Genap sudah usia kandunganku menginjak 7 bulan. Perutku juga terlihat sangat besar. Aku sangat senang, dan tidak sabar menunggu kedatangan mereka.

"Hari ini jadi kontrol kandungan kamu?" Aku mendongak menatap Kak Satya yang sedang duduk di tepi ranjang.

"Kenapa? Gak sabar mau ketemu Dokter Novia?" balasku.

"Ah, gak suka nih aku kalau kamu kayak gini," ucap Kak Satya menatapku kesal. Namun begitu, Kak Satya memeluk tubuhku sembari mengusap-usapnya.

"Lihatlah sayang, Mama kamu sekarang sensitif banget. Kayaknya Papa nafas aja salah, " ucap Kak Satya. Membuatku tersenyum mendengarnya.

"Mama kalian emang menyebalkan. Jelas-jelas lebih cantik Mama kalian, gak mungkin lah Papa berpaling," ujar Kak Satya lagi.

Tidak terasa kami sudah 3 bulan di sini. Dan juga, sebentar lagi proyek pembangunan akan selsai.

"Sayang, aku ngelahirin mereka nanti di kota, kan?" tanyaku.

"Iya. Minggu depan kan kita pulang ke kota, kenapa emang?" tanya Kak Satya.

"Aku lega banget. Karena akhirnya bisa ngelewatin semuanya sama kamu."

"Ingat ya sayang, kamu gak boleh percaya siapa pun di sini, kecuali aku," ucap Kak Satya memelankan suaranya.

Aku melirik, Bi Ijum yang sedang membersihkan ruang tengah. Karena memang pintu kamar kami tidak di kunci.

"Termasuk Bi Ijum?" bisik ku.

Kak Satya menganggukkan kepalanya pelan.

"Kenapa?"

"Feeling aku gak enak. Pokoknya seminggu ini kita harus lebih hati-hati, " ucap Kak Satya aku mengangguk paham. Tiba-tiba sesuatu menendang perutku.

"Kamu kenapa?" tanya Kak Satya panik.

"Mereka makin aktif, " ucapku sembari mengusap perutku.

"Sayang, jangan kenceng-kenceng nendangnya. Kasihan Mama," ucap Kak Satya kepada anak-anak kami. Jujur aku sangat senang melihat seperti ini.

Aku selalu berharap, Tuhan melindungi kami semua.

***

"Janinnya berkembang sangat baik, berat badannya juga sudah sangat sesuai mereka sangat sehat, " ucap Dokter Novia ketika sedang memeriksaku. "Mau mendengar detak jantung mereka?"

Kami mengangguk, lalu kami dapat mendengar detak jantung kedua anak kami. Aku sampai meneteskan air mata. Karena tidak menyangka, jika Tuhan mempercayakan kepada kami dua anak sekaligus.

"Makasih sayang, kamu udah jadi istri yang baik dan insyaallah akan jadi ibu yang baik juga," ucap Kak Satya mencium keningku.

"Kita jaga, dan rawat mereka dengan baik, ya. "

"Pasti sayang... " ucap Kak Satya.

Setelah selsai, aku segera membenarkan bajuku. Lalu, Kak Satya pamit untuk mengurus administrasi. Aku melihat Dokter Novia sedang membereskan alat-alatnya.

"Dokter beneran sepupunya Abi?" tanyaku.

"Sebenarnya bukan sih. Lebih ke saudara jauhnya aja," jawab Dokter Novia. Aku mengangguk paham.

"Mbak Sera," ucap Novia.

"Hm, iya kenapa?"

"Maafin saya. Jujur saya menyukai suami Mbak, sejak malam itu. Dimana Mas Satya membantu saya," ucap Novia. "Tapi saya gak bermaksud buat merebut Mas Satya."

Aku tidak kaget dengan ucapan Novia. Karena memang sudah feeling sejak awal.

"Mbak? Mbak Sera marah sama saya?"

DEATH 4 (Misteri Desa Kencana) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang