"Sulastri harus mati! "
"Bunuh Sulastri!"
"Bakar Sulastri!"
Suara warga di luar semakin membuat Sulastri ketakutan. Sulastri diam mengusap perutnya. Ia bersembunyi dia bawah meja. Ruangannya begitu gelap.
"Sing janji karo iblis harus segera mati! (Yang janji dengan iblis harus segera mati!)"
"Bu, Sulastri harus apa? Semua warga menuduh Sulastri di hamili iblis, Bu," ucap Sulastri kepada Ibunya.
"Ndok, lek emang bener anak kui anak iblis pie ndok? (Nak, kalau memang benar anak itu anak iblis bagaimana, Nak?)"
"Enggak Bu. Lastri bisa jamin kalau ini anak Mas Pram. Bukan anak iblis," ucap Sulastri meyakinkan ibunya sekali lagi.
"Argh... " Sulastri bergejolak memegangi perutnya.
"Ndok?" Ibu Sulastri menatap khawatir kearah Sulastri.
"Bu... perut Lastri sakit... " gumam Sulastri. "Argh... "
"Ketuban e pecah."
"Lastri mau ngelahirin, " ucap Sulastri. Ibu Sulastri segera membantu Sulastri untuk mengeluarkan bayinya.
"Ayo dorong, pelan-pelan Ndok," ucap Ibu Sulastri memberi komando.
"Arghh... " Sulastri membekap mulutnya agar tidak berteriak.
Ibu Sulastri diam, menatap bayi aneh di tangannya. Bayi itu tersenyum, menjilati darah di ujung bibirnya. Kedua matanya merah, bertanduk, dengan bulu-bulu halus di tubuhnya.
"Bu, bagaimana dengan anak Lastri? Kenapa Lastri gak dengar suara tangisannya?"
"Gusti nu Agung!"
"Hihihi... " bayi itu tertawa. Menunjukkan kedua taringnya.
"Argh... " Ibu Sulastri berteriak, ketika bayi itu menggigit tangannya.
Teriakan Ibu Sulastri mengundang warga yang sedang berada di luar rumah. Bahkan beberapa warga mencoba untuk mendobrak pintu.
"Argh.. uculke! Dasar anak iblis!" ucap Ibu Sulastri.
"Bu, ibu kenapa? Kenapa ibu tega sama anak Lastri?"
"Delok Ndok! Dia anak iblis! Bukan manusia! Dia mau bunuh Ibu!" ucap Ibu Sulastri.
"Bu, dia tampan. Kenapa Ibu tega sama anak Lastri? Dia padahal terlihat sangat nyaman sama Ibu," ucap Sulastri. Ternyata keduanya melihat dua hal yang berbeda.
Sulastri melihat anaknya sebagai bayi biasa. Namun ibunya melihat sebagai sosok iblis yang akan segera menghabisinya.
"Ndok, ibu gak kuat... "
ibu Sulastri sudah mencoba untuk melepaskan tangannya namun tetap tidak bisa.
"Lastri!"
"Mbok Wiyah?"
Lastri mendekap anaknya. Dan mulai bersembunyi. Ia benar-benar tidak tahu kenapa Ibunya bisa mati.
"Mbak... "
"Sttt... "
"Bawa anak Mbak pergi. Besarkan dia, biar Mbak di sini," ucap Sulastri kepada adiknya. Adiknya berumur 12 tahun. Sulastri mengambil bantal, dan langsung memasukkannya kedalam perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 4 (Misteri Desa Kencana)
Mystery / ThrillerSILAHKAN BACA SEASON 1, 2 DAN 3 DULU. DILARANG PLAGIAT! COPYRIGHT BERLAKU! **** Sera kira setelah ia menikah dengan Satya, hidupnya akan kembali normal seperti orang pada umumnya. Tapi salah, ia harus kembali mempertahankan hidup, dari iblis-iblis...