Kejanggalan yang Nyata

1.2K 220 10
                                    

Aku dan Kak Satya sampai di sebuah rumah sakit. Kami segera mencari keberadaan Bagus. Dan setelah menanya kepada suster yang bertugas. Kami bertemu dengan Bagus.

"Gus, gimana keadaan Viona?" tanya Kak Satya.

"Argh, lepasin saya! Jangan apa-apakan saya.... saya mohon... "

Aku dan Kak Satya saling memandang. Ketika mendengar suara teriakan Viona dari dalam.

"Apa yang terjadi?" tanyaku.

"Saya juga gak tahu Mbak, tapi sejak Mbak Viona sadar dia selalu teriak-teriak begitu," jelas Bagus. Aku berjalan ke pintu ruangan Viona di rawat. Aku melihat, kedua kaki dan tangan Viona di ikat.

Dia terus memberontak, sembari memohon kepada Suster dan Dokter.

"Tolong saya.... tolong... jangan apa-apakan saya..... tolong.... Argh.... "

"Viona kenapa?" tanya Kak Satya. Aku menggelengkan kepala. Apa mungkin mental Viona terganggu?

Clek

Pintu ruangan terbuka. Dokter keluar berjalan kearah kami. "Dengan keluarga korban?"

"Iya Dok, bagaimana keadaan Viona? Kenapa dia bisa seperti itu?" tanyaku.

"Jadi begini, untuk luka luar tidak ada yang perlu di khawatirkan. Tetapi, saya khawatir dengan kondisi mental korban, " ucap Dokter. "Dia sedari tadi hanya teriak-teriak minta tolong. "

"Dok, apa saya bisa bertemu korban? Kebetulan saya psikiater," ucapku menawarkan diri.

"Baik silakan, " ucap Dokter mengizinkan.

"Aku temenin, ya," ucap Kak Satya.

"Gak usah, kamu di sini aja," ucapku. Aku masuk kedalam ruangan. Melihat Viona yang tengah meringkuk sembari menangis sesenggukan.

Aku berjalan mendekat, dengan langkah yang pelan-pelan. Agar tidak membuat Viona panik. "Vi... Viona? "

"Jangan.... tolong jangan apa-apakan saya... jangan..... " Viona menangis menghindari kontak fisik denganku.

"Viona, ini gue Sera... " ucapku mencoba untuk memeluk Viona.

"Hiks... hiks.... jangan.... " ucap Viona masih menangis sesenggukan.

"Vio lo tenang ya, semua akan baik-baik saja. Gue ada di sini buat lo, jangan khawatir," ucapku mencoba untuk menenangkan Viona.

"Hiks.... takut.... " ucap Viona. Aku masih memeluk Viona, dan mengusap bahunya. "Me... mereka jahat.... takut.... tolong... "

Sepertinya benar, Viona mengalami depresi yang di sebabkan oleh trauma. Tapi trauma apa yang di alami oleh Viona? Lalu mereka siapa yang di maksud oleh Viona? Apa jiwa Viona terancam? 

Tetapi aku tidak bisa memaksakan Viona untuk cerita sekarang. Karena kondisi mentalnya benar-benar buruk kali ini.

"Lepaskan! Lepaskan saya! Tolong.... "

Tiba-tiba saja Viona berteriak histeris, membuat para suster datang untuk melihat kondisi Viona.

"Lepaskan saya.... Tolong.... mas Gio.... tolong.... "

Aku benar-benar tidak kuat melihat kondisi Viona seperti ini.

"Mbak, sebaiknya anda keluar. Karena akan berbahaya jika terus di sini," ucap Suster. Aku mengangguk, memilih untuk keluar dari ruangan.

"Sayang, kamu gak pa-pa?" tanya Kak Satya yang menghampiriku. Aku melihat ada beberapa polisi, dan aku juga melihat ada Abi di sini.

"Kamu duduk dulu," ucap Kak Satya menggiringku untuk duduk di kursi. Aku menyandarkan kepalaku di dinding. Sembari mengatur nafas. Sedangkan Kak Satya mengusap bahuku.

DEATH 4 (Misteri Desa Kencana) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang