Sambutan

1.1K 214 22
                                    

"Desa kencana.... "

"Kenapa?" tanya Kak Satya yang menatapku aneh.

"Enggak, jadi namanya Desa kencana?" tanyaku. Kak Satya mengangguk, karena memang ia masih fokus menyetir. Mobil kami berhenti, di sebuah proyek pembangunan.

"Kamu tunggu di sini dulu ya. Aku mau cek proyek dulu," ujar Kak Satya sembari melepas seat beltnya.

"Aku ikut!" ujarku.

"Enggak. Kamu di sini aja. Di sana bahaya, aku gak mau kamu kenapa-napa... " ujar Kak Satya.

Aku hanya diam sembari mengerucutkan bibir kesal. Bisa-bisanya Kak Satya meninggalkanku di dalam mobil begini. Aku membuka sedikit kaca jendela mobil, udah di luar begitu sejuk.

Mungkin karena banyak masih pepohonan di sini. Aku mendongak ke belakang. Ramai, aku melihat banyak sekali orang di sana. Apa di sana pasar? Tapi kenapa tadi aku gak liat kalau di sana ada pasar.

Aku pemasaran, jadi aku memutuskan untuk keluar dari mobil. Seketika semua orang menatapku. Aku kaget, kenapa mereka menatapku seperti itu? Kemudian, mereka berbondong-bondong ke arahku.

Aku seperti artis, yang langsung dikerumuni oleh mereka.

"Selamat sore Mbak, Mbak siapa ya?" tanya salah satu warga. Mereka sangat ramah. Mereka juga menunjukkan sikap empati mereka terhadap lingkungan sekitar.

"Saya Sera, baru pindah ke sini. Saya istrinya, Satya," ujar ku memperkenalkan diri.

"Oalah, bojonya Mas Satya (bojo=istri/suami)"

"Mbak, mari ke singgah ke rumah saya sebentar," ujar ibu-ibu berbadan gempal tersebut.

"Eum, saya sedang menunggu suami saya Bu," ujar ku menolak dengan halus.

Tiba-tiba Kak Satya berdiri di depanku. "Maaf Pak, Bu, ini istri saya," ujar Kak Satya.

"Oalah Mas Satya, mbok  (harusnya) dari dulu istrinya di bawa. Iyo to, bu... "

"Iyo yu (Kakak / Mbak)."

"Saya kesini mau mengantikan tugas teman saya sebelumnya, " kata Kak Satya.

"Mas Gio dan Mbak Vio yang sombong itu?" Beberapa warga desa yang mendengar nama Gio dan Vio mendadak mengeluarkan ekspresi kesal.

"Kalau begitu, saya dan istri saya mau ke rumah dulu, " ujar Kak Satya pamit.

"Hati-hati Mas Satya, kapan-kapan main loh sama istrinya juga... "

Kak Satya hanya tersenyum sembari mengangguk. Ia membukakan pintu mobil untuk ku.

"Kamu kenapa turun sih?" tanya Kak Satya sembari menghidupkan mesin mobilnya.

"Aku cuma penasaran. Lagian, mereka baik-baik kok," ujar ku. Kak Satya diam. Ketika mendengar ucapan ku.

Kami sampai di sebuah rumah, rumah yang sangat layak untuk di huni. "Kita tinggal di sini?" tanyaku.

"Berarti rumah ini yang di tempati Viona sama Kak Gio dong?"

Kak Satya membuka pintu mobil. Ia juga membukakan pintu untukku. "Hati-hati... "

Aku menatap sekitar. Halaman rumah ini begitu luas. Mungkin 3 mobil masih cukup di halaman ini. Dan ada banyak tanaman hias di sini. Rumah ini sangat nyaman.

"Sore Mas Satya, monggo, saya sudah bersihkan semua rumahnya," ujar seorang wanita paruh baya yang menghampiri.

"Terima kasih, Bi," balas Kak Satya. "Oh iya Bi, kenalkan ini istri saya namanya Sera."

DEATH 4 (Misteri Desa Kencana) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang