1. Prolog

371 45 36
                                    

Di rumah yang bentuknya panggung serta lantai rumahnya yang terbuat dari papan kayu, terlihat seorang perempuan tengah duduk di seberang dapur. Penampilannya tampak memakai kebaya sederhana berwarna putih dengan rambutnya yang disanggul.  Tangannya mengulek beberapa dedaunan hijau. Wajahnya tersenyum menyenandungkan lagu jawa yang ia buat sendiri.

ibu seda
bapakku seda
kabeh mati
ora ana sing kari
Jiwaku mung separo

Sesaat setelah di uleknya dedaunan yang kini sudah halus itu, diambilnya lalu ditaruhnya di kedua matanya yang terbuka. Membuat kedua matanya itu seketika terasa perih. Namun perempuan itu berusaha untuk menahan suara yang akan keluar dari mulutnya. Sembari menahan suaranya itu, dia masih terus terdengar bersenandung.

ibu seda
bapakku seda
kabeh mati
ora ana sing kari
Jiwaku mung separo

"Apa yang kau lakukan?!" teriak suaminya yang segera datang ke arahnya.

Istrinya terhenti bersenandung. Wajahnya tersenyum sambil berkata, "aku membuat kedua mataku buta, suamiku"

"Apa?!"

Suaminya melihat dedaunan yang ada di batu ulekan. Dedaunan itu ia tau persis adalah dedaunan beracun, yang jika diletakkan di kedua mata terbuka, akan membuat siapa saja buta. Didekati istrinya yang didengarnya sudah terhenti bersenandung. "Kenapa kau melakukan ini?"

"Karena aku tidak ingin melihat wajahmu" serunya

Istrinya melanjutkan lagi senandungnya. Tapi kali ini dia tertawa. Tertawanya itu terdengar begitu keras.

Suaminya tampak terdiam. Dia tersenyum tipis sambil menatap wajah istrinya.

"Baguslah kau seperti ini" batinnya

Anna - Istriku yang Buta dan Sakit JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang