23. RSJ kota Yoanda

60 5 0
                                    

Pintu belakang ambulans terbuka lebar. Seorang perawat keluar menggandeng perempuan berkebaya. Dia lalu mendudukkannya di kursi roda sebelum akhirnya masuk ke dalam sebuah ruangan yang di atasnya bertuliskan ruang IGD.

Setelah memberikan surat rujukan kepada perawat di ruang IGD, Michelle menunggu di luar. Dia tak ingin melihat apa yang terjadi di dalam. Tak lama berselang, seorang dokter wanita dengan penampilannya yang bersanggul dan memakai jas putih masuk ke dalam ruangan. Dokter itu diiringi oleh beberapa orang perawat di belakangnya. Dia melewati Michelle yang tengah duduk di depan ruang IGD.

Setelah memeriksa seorang pasien di dalam, dokter itu keluar bersama beberapa orang perawat. Dia tampak berbicara serius dengan mereka. Michelle lalu berdiri dan langsung memanggilnya. "Ma"

Wanita berjas putih yang tengah berbicara pada perawat itu begitu mengenali suara panggilan itu. Dia terhenti dan langsung mencari asal suaranya.

"Michelle? kamu kok bisa ada di sini sayang?"
tanya wanita itu yang kini menangkap kehadiran Michelle.

Gadis itu memalingkan pandangannya seraya menghela napas.

"Bukannya hari ini kamu lagi pergi liburan bareng temen temenmu di Brateng?"

"Udah aku cancel, Ma"

Wanita yang dipanggilnya mama itu kemudian berbicara pada beberapa orang perawat disebelahnya, menyuruh mereka agar bergerak lebih dulu meninggalkannya. Setelah itu dia menatap wajah Michelle dengan heran lalu mengajaknya duduk sebentar.

"Kenapa, sayang? coba cerita sama mama. Apa terjadi sesuatu?"

"Tadinya aku udah mau berangkat naik kereta, tapi udah gak jadi naik karena harus nolongin perempuan itu"

"Perempuan yang mama periksa tadi?"

Michelle mengangguk, membuat mamanya tersenyum melihat responnya. Dia lalu mengelus elus lembut pundaknya. "Gak apa apa kok sayang, justru mama bangga punya anak sebaik kamu"

Tiba-tiba tatapan wanita itu mengamati sekeliling Michelle mencari cari sesuatu. "Barang barangmu mana?"

"Ketinggalan tadi di stasiun"

Mamanya menggeleng keheranan. "Ya udah, nanti mama hubungi asisten ayah kamu buat jemput barang barangmu"

Wanita itu bangkit dari kursinya. "Mama harus layani pasien mama dulu"

"Ma, apa dia bisa sembuh?"

Mamanya melirik sebentar ke dalam ruang IGD, seolah tau siapa yang dimaksud anaknya itu.

"Bisa. Tergantung dari penyebab gangguan jiwanya. Kita harus observasi dia dulu"

Mamanya hendak beranjak pergi meninggalkannya, akan tetapi Michelle terdengar berbicara lagi, "perempuan itu.."

Sesaat Michelle melirik ke dalam ruang IGD. "Dia gak punya identitas sama sekali"

"Nanti biar mama yang urus"

Michelle tersenyum. Hatinya mulai teryakinkan. Meskipun dia tak begitu tau identitas dari perempuan itu, akan tetapi dia begitu percaya suatu hari nanti dia pasti akan menemukan apa yang selama ini menjadi pertanyaannya. Namun, lebih dari itu dia ingin melihat perempuan itu bisa dirawat di rumah sakit ini. Terlebih mamanya adalah seorang ahli spesialis jiwa. Semua pasien yang dirawat di rumah sakit ini bisa ditanganinya dengan baik.

Anna - Istriku yang Buta dan Sakit JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang