22. Stasiun kereta

60 4 0
                                    

Suara klakson kendaraan memekakkan telinga. Bau asap knalpot mengisi indra penciuman. Seorang gadis bertubuh mungil dengan rambutnya yang terjuntai bergelombang melewati bahu nampak tengah berdiri di antara lalu lalang kendaraan. Matanya berulang kali menatap sebuah gedung tua yang berada tak jauh di depannya. Stasiun kota Yoanda.

Sebuah ponsel di saku celananya berdering. Dia mengambilnya lalu mematikannya. Kakinya kemudian bergerak menyeberangi jalan. Sesekali tangannya memberikan kode pada kendaraan agar memberinya kesempatan menyeberang.

"Ini gue udah nyampe di stasiun" suaranya terdengar menjawab telepon. "Lo yakin ada yang jemput gue di sana, kan?"

Matanya melirik tanggal di tiketnya. 12 Januari 2012. Dia tak salah dengan tanggal yang tertera. Beberapa menit setelahnya, dia menutup teleponnya.

Sambil membawa kopernya yang ditenteng, dia mencari bangku kosong. Seorang pedagang asongan menawarkan tempat kosong di sebelahnya. Sambil tersenyum padanya, gadis itu pun duduk lalu mengeluarkan sebuah headset putih dari ransel miliknya.

"Mau kemana?" sapa pedagang asongan itu. Dia melirik penampilan gadis itu. Kupluk kuning dengan logo merk didepannya, sweater berwarna abu dengan celana jeans biru yang dikenakannya.

"Ke kota Brateng"

"Mau liburan ya?"

Gadis itu memandangnya bingung. "Kok tau?"

Pedagang asongan itu hanya tersenyum. Dia lalu mengarahkan pandangannya pada sekitar orang yang lalu lalang.

Stasiun itu begitu ramai, dengan hiruk pikuk kesibukan masing masing orang. Ada yang menunggu keretanya datang, ada yang menghampiri keluarga dan kerabatnya yang sudah lama menunggunya, ada yang tampak berbicara dengan petugas stasiun dan ada beberapa pedagang asongan yang menjajakan belanjaannya.

Gadis itu melirik jam tangannya. Pukul sembilan lewat lima puluh menit pagi. Sepuluh menit lagi keretanya akan tiba. Dia tidak ingin ketinggalan keretanya. Kesempatan untuk pergi berlibur ke kota Brateng adalah hal yang sudah di nanti nantinya. Dia akan pergi bersama beberapa orang temannya. Sambil tersenyum, dia mendengarkan lagu grup band favoritnya lewat headsetnya.

Beberapa saat, dia kembali menjawab sebuah telepon. Kali ini telepon yang datang berasal dari seorang lelaki.

"Udah nyampe belom?" suara lelaki itu terdengar jelas dikupingnya, menggantikan alunan lagu dari headsetnya.

"Ini masih nungguin kereta. Sepuluh menit lagi kereta paling udah nyampe"

"Barang barang kamu gak ada yang ketinggalan, kan?, udah hubungin temen temenmu yang lain?, ayah udah pesenin vila buat nanti kalian nginap"

"Gak usah, kita nanti bakal nginap di vila punya temenku"

"Udah bener bener pastiin vilanya? gimana kalo nanti disana malah terjadi apa apa"

"Ayah gak usah khawatir, aku bakal baik baik aja kok. Everything is under control"

"Seminggu ya, pokoknya ayah gak mau tau. Lewat dari waktu itu ayah bakal kirim orang buat nyusul kamu kesana"

"Ayah tuh lebih bawel dari mama tau gak?. Serius"

"Tante kamu di sana udah ayah hubungin, dia nanti bakal awasin kamu kalo nanti terjadi apa apa"

"Udah yah, kereta aku udah nyampe"

Gadis itu menutup teleponnya. Dia menenteng kopernya menuju gerbong kereta. Pandangannya diedarkan pada orang orang yang mulai berdesakan masuk. Tak lama berselang, dia melihat orang orang yang tampak berkerumun di tengah tengah rel. Seorang petugas stasiun datang membubarkan orang orang itu. Dia terlihat mengangkat sesuatu dari rel kereta.

Anna - Istriku yang Buta dan Sakit JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang