14. Pesta di desa Kuban

130 15 9
                                    

Pesta yang berlangsung di desa Kuban itu diadakan cukup meriah, dengan dihadiri oleh para tetamu undangan yang datang dari perkotaan.

Delman yang dinaiki Halim dan Anna terdengar berhenti tepat disebuah rumah putih bergaya kolonial Belanda, berdekatan dengan ujung perbatasan kota disebelah barat. Dan hanya beberapa langkah ke perbatasan itu, orang bisa mendengar suara kereta api yang melintas.

"Apa ini tempatnya?" tanya Anna pada Halim ketika delman mereka telah berhenti.

Halim memandangi wajah Anna yang tampak terus mengamati rumah bergaya kolonial Belanda di depannya. "Benar, ini tempatnya"

Halim turun lebih dulu dari delman, mengulurkan tangannya pada Anna dan menariknya untuk turun. Namun tiba-tiba saja, sepatu pesta yang dipakai Anna tidak sengaja menginjak sepatu Halim. "Ah, maaf Halim"

Tangan Halim kemudian melingkari pinggangnya. Mulutnya didekatkan pada telinga Anna seraya berbisik,  "dengar Anna, aku tidak ingin kau melakukan apapun yang menarik perhatian orang didalam sana"

Anna mengamati beberapa orang yang mulai tampak masuk ke dalam rumah bergaya kolonial Belanda itu. "Lalu kau ingin aku melakukan apa?"

"Tetaplah berada disisiku" ujar Halim seraya melepas tangannya pada pinggang Anna.

"Kenapa?"

"Karena aku tidak ingin melihatmu hilang dipesta itu"

Wajah Anna terpaku memandang wajah Halim. Entah sudah kali ke berapa dia merasa Halim seperti tengah menyembunyikan apa yang sebenarnya dia ingin katakan.

"Jadi kau ingin terus mengawasiku dipesta itu?" tanya Anna dengan nada suaranya yang terdengar seperti acuh. Pandangannya terlihat dipalingkan ke arah lain.

Ada sedikit expresi yang berubah pada wajah Halim mendengar nada bicara Anna. Pertanyaan itu seolah-olah membuat lidahnya kelu. Dia seperti ingin berkata hal yang lain.

"Apa itu benar?" tanya Anna sekali lagi.

"Benar, aku hanya ingin terus mengawasimu"

"Kalau begitu, kau juga harus memegangi tanganku" sahut Anna seraya memegangi tangan Halim. Wajahnya tersenyum padanya.

Beberapa mobil sudah tampak berdatangan. Mobil yang saat itu di sebut mobil Volkswagen Beetle. Didalamnya nampak sepasang kekasih yang saling mengobrol. Sesekali tatapan mereka tertuju ke luar jendela, memandang ke arah Halim dan Anna yang tampak berjalan sambil memegang tangan.

Seorang perempuan didalam mobil itu tersenyum pada Anna, wajahnya berciri khas Belanda.

"Goedemiddag" sapanya. Kata itu berarti selamat malam.

Anna hanya mengangguk padanya sembari tersenyum.

Sesampainya di dalam rumah bergaya kolonial Belanda itu, tangan Anna langsung ditarik oleh seorang perempuan menuju ke tengah ruangan pesta, membuat tangannya saat itu langsung terlepas dari tangan Halim.

Halim tersenyum, memandang ke arah Anna yang langsung berjoget dengan para wanita membentuk dua baris berhadap hadapan.

Tiba-tiba Halim mendengar ada suara yang memanggilnya dari kerumunan pesta.

"Halim"

Halim menoleh, melihat ke arah lelaki yang tengah duduk diatas kursi rotan. Dia tampak memakai setelan jas putih. Sebagian rambutnya tampak disibak kesamping. Ditangannya ada sepuntung rokok besar.

Disamping lelaki itu juga duduk para lelaki yang berpenampilan sama dengannya, hanya saja ciri khas wajah mereka terlihat berbeda dari lelaki itu. Yaitu berciri khas Belanda.

Anna - Istriku yang Buta dan Sakit JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang