18. Kepulangan Anna ke rumah Rambang

110 8 0
                                    

Kabar tentang kondisi Anna akhirnya terdengar sampai ke Rumah Rambang. Bersamaan dengan itu pula, kabar tentang Halim yang telah melepasnya sebagai istrinya juga ikut tersebar. Semua orang tampak menduga alasan Halim melepaskan Anna tidak lain adalah karena kondisinya yang telah buta dan sakit jiwa. Namun, dugaan yang tak beralasan itu nampaknya membuat semua orang kembali menduga apa yang sebenarnya terjadi pada Anna.

Kedatangan Salman dengan suara kudanya mengagetkan seisi rumah Rambang. Membuat semua orang yang saat itu tengah berada didalamnya nampak berlari ke luar rumah, termasuk datuk Sutan dan mak Ise. Kedatangan Salman itu seakan sudah lama mereka nanti nantikan.

"Apa yang terjadi pada Anna?" tanya mak Ise yang berlari turun dari rumahnya. Perempuan itu nampak menahan suara tangisnya agar tidak pecah.

"Halim telah melepasnya, dia juga mengalami buta dan gangguan jiwa"

Jawaban dari Salman membuat mak Ise langsung jatuh tersungkur duduk di atas tanah. Kali ini dia tak dapat menahan suara tangisnya. Datuk Sutan membantu mak Ise untuk berdiri. "Apa benar yang kau katakan itu, Salman?"

Salman mengangguk. "Aku yakin Halim telah berbuat sesuatu yang buruk padanya"

"Itu tidak mungkin" ucap mak Ise. Wajahnya kini mulai terlihat tenang. "Halim tidak mungkin berbuat sesuatu yang buruk pada Anna"

"Apa mak Ise tak percaya padaku?"

"Cukup, Salman. Kami semua tau kau mungkin kecewa dengan hasil keputusan kami menikahkan Anna dan Halim waktu itu, tapi bukan dengan cara seperti ini kau menunjukkan rasa kecewamu pada kami"

Ucapan datuk Sutan membuat Salman tampak tak bergeming. Matanya menunduk ke bawah, tangannya dikepalnya dengan sangat kuat.

"nak Salman" ucap datuk Inggit mencoba melerai ketegangan yang terjadi. "Apa nak Salman benar-benar sudah memastikan bahwa apa yang nak Salman dengar ini benar?"

Salman menatap wajah datuk Inggit. Wajah yang dilihatnya ingin mencerna dengan matang matang kabar yang barusan dia dengar dari mulutnya.

"Aku pergi ke datuk yang waktu itu memeriksa Anna, dia berkata Anna mengalami kebutaan dan gangguan pada jiwanya" Salman tak dapat melanjutkan lagi kata katanya. Emosinya mulai tampak tersulut, tetapi dia berusaha untuk menahannya. Sebelum dia berbicara lagi, datuk Sutan menepuk bahunya. "Kita akan berangkat menjemput Anna di rumah Halim"

Tanpa menunggu waktu lama, keduanya langsung bergegas menaiki kendaraan kuda. Salman tampak menaiki kuda berwarna coklat miliknya sedangkan datuk Sutan menaiki delman. Dari wajah keduanya, terlukis jelas expresi kekhawatiran mereka pada diri Anna.

Disisi lain, wajah Salman yang tampak dilanda kekhawatiran pada diri Anna perlahan berubah menjadi wajah yang dipenuhi oleh perasaan marahnya pada Halim. Dia tak percaya lelaki yang telah mempersunting Anna dalam waktu semalam itu kini telah melepasnya begitu saja. Terlebih, kondisi Anna saat ini telah menjadi buta dan sakit jiwa. Emosinya pada Halim benar benar tampak ingin diluapkannya, akan tetapi dia berusaha menunggu waktunya yang tepat. Sampai suara batinnya terdengar berbisik, "aku akan menghabisimu, Halim"

Hanya berselang tiga puluh menit, kendaraan kuda mereka tiba di depan rumah Halim. Keduanya tampak melihat Halim tengah berdiri didepan rumahnya, seakan kehadiran mereka berdua telah dinanti nanti olehnya.

Salman bergegas turun dari kuda miliknya. Dihampirinya Halim dan langsung memukuli wajahnya.

Bukk

Datuk Sutan terkejut dengan apa yang dilakukan Salman. Dia tak menyangka lelaki itu akan memukuli wajah Halim.

"Apa yang telah kau lakukan pada Anna" kali ini Salman benar-benar tak bisa membendung kemarahannya.

Anna - Istriku yang Buta dan Sakit JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang