Menjelang petang, sudah terdengar delman yang berhenti di depan rumah Rambang. Delman itu adalah delman yang akan dinaiki Anna dan Halim menuju desa Kuban. Desa yang akan mereka tinggali untuk membangun rumah tangga mereka.
"Apa kalian harus pergi malam ini?" tanya Mak Ise yang berjalan mengantar Anna menaiki delman.
"Maksud Mak Ise?" Jawab Anna balik bertanya.
"Tidak bisakah kalian menunda kepergian kalian sampai besok? mak Ise hanya takut terjadi sesuatu padamu, Anna"
"Tidak akan terjadi sesuatu pada Anna, aku akan menjaganya" Ucap Halim yang mendengar pembicaraan mereka. Lelaki itu tampak mengangkat barang-barang Anna masuk ke dalam delman.
Anna hanya tersenyum mendengar ucapan Halim, ucapan yang datang dari seorang lelaki yang kini sudah sah menjadi suaminya itu.
Selepas Halim selesai memasukkan barang-barang Anna, dia masuk ke dalam delman dan mengulurkan tangannya pada Anna.
"Ayo naik, Anna" katanya
Anna menatap mak Ise dengan matanya yang mulai berlinangan air mata.
"Mak Ise, aku pamit dulu" Kata Anna sembari memeluk wanita paruh baya itu.
Wanita itu menatap Halim dan berkata, "Halim, Mak Ise titip Anna padamu. Jaga Anna baik-baik. Jangan pernah tinggalkan dia apapun keadaannya"
"Aku tidak akan meninggalkannya" seru Halim dengan wajahnya yang datar.
Dia menyuruh kusir memacu kudanya pergi meninggalkan rumah Rambang.
Disitu mereka melihat Datuk Sutan dan Salman keluar dari rumah Rambang dan memandang ke arah Delman mereka yang bersiap siap pergi.
"Apa tidak sebaiknya kita berpamitan juga pada mereka?" tanya Anna pada Halim.
"Tidak perlu, kita sudah mau pergi"
Suara delman mereka terdengar menjauh dan keluar dari halaman rumah.
***
Ada sesuatu yang berbeda yang Anna rasakan pada diri Halim. Sesuatu yang menurutnya tidak biasa dari expresi wajahnya.
"Kenapa kau ingin menikahiku?" pertanyaan itu mendadak terlontar dari mulut Anna.
Halim tak menjawabnya. Dia memilih menatap jalanan desa dihadapannya yang sudah terlihat rusak. Namun mendadak roda Delman mereka terperosok masuk ke lubang jalan. Membuat delman mereka langsung berguncang hebat.
"Kau baik-baik saja?" tanya Anna pada Halim.
Halim masih tetap memilih tak menjawabnya. Kali ini angin malam mulai terasa membelai wajah keduanya, angin malam yang juga terdengar menggoyangkan padi di sebelah kanan kiri jalanan desa.
"Kau masih tidak menjawab pertanyaanku, kenapa kau memilih untuk menikahiku?" tanya Anna lagi yang masih menuntut jawaban dari Halim.
Saat itu tatapan Halim langsung tertuju pada wajah Anna. Wajah yang kini dilihatnya mulai berada dalam jarak yang dekat dengan wajahnya.
"Bukankah kau sudah melihatku mencoba membunuhmu saat perang desa waktu itu? lalu kenapa kau malah ingin menikahiku?"
"Anna" suara itu akhirnya keluar dari mulut Halim.
"Aku sudah tau alasanmu ingin mendamaikan dua desa. Tapi bukannya dengan mengajukan persyaratan menikahiku kau pun juga punya alasanmu sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anna - Istriku yang Buta dan Sakit Jiwa
RomanceBagaimana rasanya memiliki seorang istri yang buta dan sakit jiwa? begitulah nasib yang harus di rasakan oleh Halim Zainudin. Seorang pemuda berasal dari desa Kuban yang menikahi Anna Manika di tahun 1950. Pernikahan itu awalnya didasari oleh motif...