"Tiga Enam: Kehilangan?"

5.9K 324 16
                                    

Cuma mau bilang, happy 16k!!!


"Kalau kamu harus pergi sekarang, aku tetap belum siap kehilangan."
_Notari27.

"Pa, anak kita ada dipesawat itu Pa." Lirih Anisa pada Alshad, namun matanya tetap tertuju pada layar televisi yang menampilkan berita hari ini tentang jatuhnya pesawat Lion Air JT 904.

Sebelumnya Anisa menelpon Falanio dan Alshad dengan memberitahukan bahwa Flora pingsan. Ia merasa Flora begitu merasakan sakit yang luar biasa dan sedang ia rasakan juga. Ikatan batin antara ibu dan anak memang sangat kuat.

Dan sahabatnya itu sedang histeris dan ditenangkan oleh suaminya. Lalu menyuruh Anisa dan Alshad untuk pulang. Akhirnya sekarang mereka berada dirumah masing-masing.

Alshad menarik istrinya kedalam dekapannya.

"Percaya Ma, Aldi sama Vita gak bakal kenapa-napa. Kamu jangan berpikiran yang macam-macam." Alshad mengecup pucuk kepala Anisa beberapa kali dengan menenangkannya.

"Aku takut Pa hiks... mereka bakalan baik-baik aja kan?"

"Mereka anak kuat, mereka gak bakal kenapa-napa. Aldi pasti lagi berjuang bantuin Vita berenang. Aldi itu sayang banget sama Vita, begitu juga sebaliknya. Mereka juga sayang sama kita. Mereka gak akan ninggalin kita Ma. Berpikir positif ya? Jangan kamu berpikir yang nggak-nggak, aku takut pikiran buruk kita malah itu yang akan terjadi." Jelas Alshad menangkup pipi Anisa yang berderai air mata.

Anisa kembali menangis, lalu memngangguk. "Aldi sama Vita pasti lagi berjuang buat balik kesini 'kan Pa? Mereka pasti sayang banget sama kita 'kan, makanya mereka gak bakal ninggalin kita dengan secepat ini? Ya, 'kan, Pa?"

Dengan berat Alshad mengangguk, menahan air matanya yang hendak keluar.

"Berdoa ya Ma, anak-anak hanya butuh doa kita sekarang."

✔✔✔✔✔

Dikediaman keluarga Reynaldi terdapat seorang wanita yang sedang histeris karena mendapatkan berita yang sangat mengguncangkan hatinya.

Ia tidak ikhlas. Ia belum siap kehilangan.

"Gak mungkin. Aku yakin Aldi sama Vita bisa pulang," Flora melihat berita ditelevisi sudah menginformasikan kalau korban jiwa jatuhnya kendaraan udara yang sudah ditemukan.

"Aku yakin Aldi sama Vita lagi berenang buat bisa kedaratan. Ayo Aldi, Vita, kalian bisa." Flora berteriak didalam pelukan Falanio, suaminya. Menangis histeris.

"Papa hiks... anak kita, Pa." Flora menatap Falanio lirih. Sedangkan Falanio hanya diam membisu dengan air mata yang menetes.

"Pa, itu bohong ya? Aldi sama Vita gak naik pesawat itu kan? Kayaknya mereka salah Pa, Mama gak yakin anak dan menantu kita ada dipesawat itu, mereka masih have fun ya kan Pa? Mereka masih liburan. Mereka belum pulang kesini." Ujar Flora meracau.

"Ma, udah Ma, jangan gini." Hanya itu yang disampaikan oleh mulut Falanio.

"Gak, Pa, cerita mereka gak mungkin sependek dan sesingkat ini. Mereka masih ada diBali Pa, mereka belum pulang ke Bandung."

"Ma, please, udah." Lirih Falanio.

"Semalam Aldi masih video call-an sama Mama, dia bilang mau bikin cucu buat kita. Mama senang banget Pa, Aldi dan Vita pasti pulang bawa kebahagiaan baru, bukan ini yang aku harapin, bukan ini bukan Pa, hiks...,"

"Kalau aja aku tahu kejadiannya bakalan gini, aku gak mungkin izinin Aldi sama Vita berangkat kesana Pa,"

"Semua udah takdir Ma, kita harus positif thinking, Aldi dan Vita bisa pulang dengan selamat. Jangan kamu malah negatif thinking gini, jangan sampe yang gak kita inginkan malah terjadi." Nasihat Falanio.

Flora terus memanggil nama anak dan juga menantunya. Terus saja mengeluarkan air mata seakan tidak akan ada habisnya.

Meskipun hanya melihatlewat layar televisi dengan adanya berita tersebut, tidak bisa ditelak bahwa keduanya memang ada dipesawat tersebut.

Pikiran-pikiran negatif selalu mengintai dan terus menghantui. Bagaimana tidak? Sudah banyak korban yang dicari dan ditemukan hari ini juga dan semuanya tidak bernyawa.

Melihat mayat-mayat yang bahkan sudah sangat tidak dikenali dan tidak berbentuk menambah sakit sekaligus sesak dihatinya.

Ia tidak sanggup.

Ia tidak mau kehilangannya secepat ini.

Belum dan tidak akan siap untuk kehilangan.

Melihat kedepan dengan tatapan kosong dan mengingat memori manis yang berputar diotaknya mampu membuat hatinya mencelos. Ia sangat---

"MA, ITU ALDI DAN VITA!" Falanio berkata lantang melihat kedua korban yang sangat diyakini sudah tidak bernyawa itu.

Itu Aldi dan juga Vita.

✔✔✔✔✔

Ah sudahlah, Moy nangis ngetiknya, Moy cengeng.

Aku kangen Vitaldi:)

Part selanjutnya mau minta apa?

Vote dan komentar jangan lupa ya cantik, ganteng. Aku makin sedih banget karena disini banyaknya cuma siders, hehe tapi gapapa kok. Makasih<3.

Sampai Ketemu Dipart Selanjutnya!

_ A L A S K A K I H A R A P D I L E P A S _

Dosen Rese Itu Suamiku! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang