"Empat Delapan: Awal Teror."

3.7K 260 11
                                    

Sekalian promosi wkwk
Ig: pitaaasariii

Tidak revisi kaks, kalo ada typo maapkan.


Suara ketukan pintu membuat ia menolehkan kepalanya kearah sumber suara tersebut.

Ah, itu pasti suaminya yang baru pulang kerja.

Akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaannya pulang malam, bahkan sekarang saja pukul 22:30.

Dengan cepat ia ingin membukakan pintu, tetapi saat membuka pintu...

Tidak ada orang.

"Mas?"

Tidak ada yang menyahut.

Saat hendak berbalik ia dikejutkan dengan sebuah kotak berukuran sedang dibawah kakinya. Segera ia membawanya terlebih dahulu masuk kedalam.

"Ini kayaknya akal-akalan Mas Aldi deh, biar gue takut." Ucapnya.

Sambil membawa kotak itu ia berhenti diruang tamu lalu hendak membukanya, tapi..

Drttt... drttt... drttt...

Suara handphone Vita bergetar menandakan ada sebuah panggilan.

Itu, suaminya.

"Dek, kamu kunci semua pintu, kamu ke kamar terus kalau ada yang ketuk-ketuk jangan kamu buka, ya. Kalo Mas yang pulang Mas bakal kabarin kamu. Jangan tanya kenapa dulu, kamu nurut sama Mas,"

"T-tapi tadi...,"

Aldi menghela napas disebrang sana. "Huft, ada apa? Mas segera pulang. Kamu masuk kedalam, pastiin semua pintu udah dikunci ya!"

"I-iya Mas, aku gak kenapa-napa. Cepet pulang, ya. Hati-hati,"

"Iya Sayang, kamu juga hati-hati dirumah."

Sebelum masuk kamar Vita menoleh ke arah kotak misterius tersebut. Lalu pergi ke kamar menurut perintah Aldi dengan perasaan was-was.

Hujan deras serta petir yang menakutkan malam ini, Aldi menambah kecepatan mobilnya diatas rata-rata meski jalanan terlihat sangat licin.

Pikirannya hanya satu, Vita. Jangan pernah ada seseorang yang berani mengusik wanitanya.

"YaAllah, maaf," gumamnya.

+62 899-****-****

Nomor tidak dikenali menelponnya membuat konsentrasinya mengendur. Ia menjawab telepon tersebut.

"Lo bakal dapat kejutan istimewa dari gue, Al," ucap seorang penelpon.

"Gue udah kirim itu kerumah lo." Lanjutnya.

"Dan istri lo bakal tau." Ucapnya sambil terkekeh.

Aldi mendengar dengan perasaan yang emosi, tapi ia tetap diam. Ini pasti hanya akal-akalan dia agar Aldi kehilangan kesadarannya.

"Kenapa lo maksa gue buat balik lagi, hm?" Selalu, pertanyaan itulah yang muncul dan selalu Aldi pertanyakan.

"Hhh, gue cuman butuh lo untuk pembunuhan keluarga berantai, setelah beres terserah lo mau benar-benar balik lagi atau nggak, gue gak peduli."

"Najis, gak sudi gue jadi babu lo lagi,"

"Saran gue, lo tobat dari sekarang sebelum lo bakal mati besok." Kata Aldi. Lalu ia mematikan sambungan teleponnya.

Aldi sampai didepan rumah.

Dia memasuki rumah menggunakan kunci cadangan dengan cepat, lalu menguncinya kembali. Matanya teralihkan pada sebuah kotak diruang tamu.

Dosen Rese Itu Suamiku! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang