"Dua Enam: Jiwa Kejam Aldi."

7K 407 17
                                    

Warning 🔞

Terdapat adegan kekerasan.

(Buat yang penakut, geli, lagi makan, atau gak suka dengan part ini bisa diskip).

Vita menghela napas untuk yang kesekian kalinya, "Mas-Om kemana, sih?! Kok belum pulang, ya?" Vita menggigiti jari telunjuknya. Ia cemas.

Jam menunjukkan pukul 01:30 WIB, namun kenapa Aldi belum juga pulang? Vita sangat khawatir, apa Aldi baik-baik saja? Semua pikiran buruk terlintas dipikiran Vita.

Ia mencoba menelponnya, tetapi tidak aktif. Tidak ada pilihan lain selain menunggu dan berdoa. Meskipun itu sama sekali tidak mengurangi rasa cemasnya.

✔✔✔✔✔

Disisi lain...

"Ini hukuman kalau lo mau berbuat macam-macam sama orang yang gue sayang."

BUGH!!!

Pukulan maut yang mendarat dirahang seseorang tersebut, membuatnya tersungkur.

Tak butuh waktu lama, seseorang yang berbicara menyeramkan tadi mencekik leher laki-laki tersebut hingga wajahnya berubah menjadi pucat.

"Ma-afin g-gue...," rintihan kesakitan itu ia hiraukan. Lelaki itu malah semakin mengeraskan cekikannya.

Lelaki itu mengeluarkan pisau lipat dari dalam saku celananya. Kini, pisau tajam itu diacungkan tepat diwajah lelaki yang dicekiknya.

KRIEK!!!

Suara tulang patah itu menggema dirumah yang kosong dan tidak berpenghuni.

Lelaki itu memejamkan matanya ketika pisau tajam tadi menggores lehernya. Lelaki menyeramkan itu malah membuat sebuah tanda disana diiringi dengan kekehan kecil yang sangat menakutkan.

"Ini baru permulaan. Lo jangan mati dulu."

SREETTT!!!

Gesekan panjang menyayat wajah lelaki itu. Teriakan demi teriakan yang memilukan itu menggema disana-sini. Lelaki menyeramkan itu merobek dada mangsanya. Darah segar itu keluar dengan bau amis yang menyengat. Keadaan lelaki itu sudah tidak bernyawa.

Namun, ia tetap melanjutkan aksinya. Hujan deras seakan menjadi saksi bisu peristiwa kejam tersebut.

Ia seperti orang kesetanan yang menarik-narik usus manusia itu dan menggenggam tangan korbannya memakai pisau lipat tadi.

Ia memutus-mutuskan sel-sel atau urat-urat yang ada dibagian leher lalu ia membuat tanda banyak sekali diwajah orang itu.

Darah masih mengalir dimana-mana. Seakan ia tidak mau berhenti dengan apa yang ia lakukan sekarang.

Lelaki itu mencium aroma darah yang seakan adalah candunya. Mengendus-endus darah amis itu dan hampir akan meminumnya.

Tapi, dirinya merasa belum sangat puas, disela-sela itu ia memotong kepala korbannya dengan celurit tajam yang dibawanya.

TAK! TAK! TAK!

Bunyi jari tangan yang dipotong oleh pisau tajam.

Dosen Rese Itu Suamiku! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang